Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 30 Agustus 2010

Cara Pengurusan Jenazah,Shalat Jenazah dan Pemakaman


1. Orang yang sedang sekarat, disyariatkan untuk ditalqini dengan kalimat "  " Berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : "Talqinilah orang-orang yang akan mati dari kalian (dengan ucapan): 'Laa ilaaha illallah'." (HR. Muslim dalam shahihnya)
Yang dimaksud dengan kata "Mautaakum" dalam hadits ini adalah orang-orang sedang sekarat, yaitu orang yang sudah tampak padanya tanda-tanda kematian.

2. Bila sudah diyakini orang tersebut sudah meninggal, maka hendaklah kedua matanya dipejamkan, karena ada keterangan hadits tentang hal itu

3. Diwajibkan memandikan jenazah/mayit muslim kecuali dia syahid (meninggal di medan perang fisabilillah). Dalam hal ini, dia tidak perlu dimandikan dan tidak perlu juga dishalatkan. Dia hanya cukup dikuburkan dengan pakaiannya. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memandikan orang-orang yang meninggal di perang Uhud dan tidak pula menshalatkan mereka.]

 

4. Cara memandikan jenazah 

Pertama-tama, aurat jenazah ditutupi kemudian diangkat sedikit lalu bagian perutnya dipijat perlahan (untuk mengeluarkan kotorannya, pen.). Setelah itu orang yang memandikannya memakai sarung tangan atau kain atau semacamnya untuk membersihkannya (dari kotoran yang keluar, pen.). Kemudian diwudhukan seperti wudhu untuk shalat. Lalu dibasuh kepala dan jenggotnya (kalau ada) dengan air yang dicampur dengan daun bidara atau semacamnya. Selanjutnya, dibasuh sisi bagian kanan badannya kemudian bagian kiri. Kemudian basuh seperti tadi untuk yang kedua dan ketiga kali. Dalam setiap kalinya dipijat bagian perutnya. Bila keluar sesuatu (kotoran) hendaklah dicuci dan menutup tempat keluar tersebut dengan kapas atau semacamnya. Kalau ternyata tidak berhenti keluar hendaklah ditutup dengan tanah yang panas atau dengan metoda kedokteran modern seperti isolasi khusus dan semacamnya.
Kemudian mengulangi wudhunya lagi. Bila dibasuh tiga kali masih tidak bersih ditambah menjadi lima atau sampai tujuh kali. Setelah itu dikeringkan dengan kain, lalu memberikan parfum di lipatan-lipatan tubuhnya dan tempat-tempat sujudnya. Lebih baik, kalau sekujur tubuhnya diberi parfum semua. Kafannya diberi harum-haruman dari dupa yang dibakar. Bila kumis atau kukunya ada yang panjang boleh dipotong, dibiarkan saja juga tidak apa-apa. Rambutnya tidak perlu disisir, begitu pula rambut kemaluan-nya tidak perlu dicukur dan tidak usah dikhitan (kalau memang belum dikhitan, pen.). Karena memang tidak ada dasar-dasar yang menerangkan hal tersebut. Dan bila jenazahnya seorang perempuan maka rambutnya dikepang tiga dan dibiarkan terurai ke belakang.

5. Cara Mengkafani Jenazah

Yang paling utama, untuk jenazah laki-laki dikafani tiga lapis kain putih (satu untuk menutupi bagian bawah -semacam sarung- satu lagi untuk bagian atas -semacam baju- dan yang terakhir kain untuk pembungkusnya). Tidak perlu gamis (baju panjang) dan surban. Hal ini, sama seperti apa yang dilakukan terhadap jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tapi, tidak mengapa jika dikafani dengan gamis (baju panjang), izar (sema-cam sarung untuk menutupi bagian bawah) dan kain pembungkus.
Adapun jenazah perempuan, dikafani dengan lima lapis: Baju, kerudung, sarung untuk bagian bawah dan dua kain pembungkus.

Dan yang wajib, baik bagi jenazah laki-laki atau perempuan adalah menutupinya dengan satu lapis kain yang dapat menu-tupinya secara sempurna. Tetapi, bila ada jenazah laki-laki yang meninggal dalam keadaan ihram, maka dia cukup dimandikan dengan air dan daun bidara. Kemudian dikafani dengan sarung dan baju yang dipakai atau yang lainnya dan tidak perlu menutup kepala dan wajahnya, juga tidak usah diberi parfum. Karena pada hari Kiamat nanti dia akan dibangkitkan dalam keadaan membaca talbiyah: "Labbaik allahumma labbaik" seperti yang diriwayatkan dalam hadits shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bila yang meninggal dalam keadaan ihram tadi seorang perem-puan maka dia dikafani seperti perempuan yang lain, hanya tidak perlu diberi wewangian, wajahnya tidak perlu ditutup dengan cadar, begitu pula tangannya tidak usah dipakaikan sarung tangan, tetapi cukup ditutup dengan kafan yang membungkusnya, seperti yang disebutkan dalam cara mengkafani jenazah perempuan.
Dan anak kecil laki-laki, dikafani dengan satu lapis sampai tiga lapis, sementara anak kecil perempuan dikafani dengan satu gamis (baju panjang) dan dua kain pembungkus.

6. Yang Berhak Mengurus Jenazah.

Orang yang paling berhak untuk memandikan, menshalatkan dan menguburkannya secara berurutan ialah mereka yang men-dapatkan wasiat untuk itu, kemudian ayah, kakek kemudian kerabat-kerabat terdekat yang berhak mendapatkan ashabah. 

Sementara, untuk jenazah perempuan, yang paling berhak untuk memandikannya ialah orang yang mendapatkan wasiat untuk itu, kemudian ibu, nenek, lalu kerabat-kerabat perempuan terdekat. Bagi suami isteri diperbolehkan bagi salah seorang dari keduanya untuk memandikan yang lain (suami boleh memandikan isteri dan isteri boleh memandikan suami). Karena jenazah Abu Bakar As-Shiddiq dimandikan oleh isterinya dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu ikut memandikan jenazah isterinya Fatimah radhiallahu 'anha.

7. Cara Menshalatkan Jenazah

Shalat jenazah, dilakukan dengan empat kali takbir. Setelah takbir pertama, membaca surat Al-Fatihah. Bila ditambah dengan membaca surat pendek lainnya atau dilanjutkan dengan membaca satu atau dua ayat, hal ini baik dan tidak apa-apa. Sebab ada hadits shahih yang menyatakan hal tersebut sebagaimana diriwa-yatkan Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu. Kemudian bertakbir kedua dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sama seperti dalam tasyahhud. Kemudian bertakbir ketiga dan membaca do'a:
"Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan orang yang mati di antara kami, orang yang hadir dan orang yang tidak hadir di antara kami, orang yang muda dan orang yang dewasa di antara kami, yang laki-laki dan perempuan di antara kami.

Ya Allah orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hendaklah Engkau hidupkan dia atas ke-Islaman, dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, hendaklah Engkau wafatkan dia atas keimanan.
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempat singgahnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air dan salju. Sucikanlah dia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana dibersihkannya baju putih dari kotoran. Berilah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya. Masukkanlah ke dalam Surga dan jauhkanlah dia dari adzab kubur dan siksa Neraka. Luaskanlah kuburnya, berilah dia cahaya di dalamnya.

Ya Allah, janganlah Kau cegah kami (mendapat) pahalanya dan janganlah Kau sesatkan kami sesudahnya."
Kemudian bertakbir yang keempat dan selanjutnya bersalam satu kali saja ke sebelah kanan. Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan untuk setiap kali takbir.
Bila yang meninggal perempuan, maka (  ) dalam do'a di atas diganti dengan (  ) sehingga do'anya berbunyi:
Bila yang meninggal dua orang, maka diganti menjadi:
Bila yang meninggal lebih dari dua orang, maka diganti menjadi:
Bila yang meninggal masih kanak-kanak, maka sebagai ganti dari permohonan ampun yang ada dalam do'a di atas, dibaca do'a berikut:
"Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan pahala bagi kedua orangtuanya, sebagai pemberi syafaat yang diterima. Ya Allah, beratkanlah dengannya timbangan amal baik kedua (orangtua)nya, besarkanlah pahala keduanya, dan kumpulkan dia dengan orang-orang mu'min shalih yang terdahulu. Jadikanlah dia berada dalam asuhan Ibrahim 'alaihis salam dan selamatkanlah dia dengan rahmatMu dari siksa Neraka."

Disunnahkan bagi yang menjadi imam shalat jenazah berdiri sejajar dengan kepala bila jenazahnya laki-laki, dan berdiri di tengah bila jenazahnya perempuan.
Bila jenazah yang dishalatkan lebih dari satu maka yang ada di depan imam adalah jenazah laki-laki dewasa dan jenazah perempuan dewasa posisinya setelah kiblat. Bila ditambah dengan jenazah anak-anak, maka jenazah anak laki-laki didahulukan atas jenazah perempuan, lalu jenazah anak perempuan. Posisi kepala anak laki-laki sejajar dengan kepala jenazah laki-laki dewasa dan pertengahan jenazah perempuan dewasa sejajar dengan kepala laki-laki dewasa. Begitu pula anak perempuan, posisi kepalanya sejajar dengan kepala perempuan dewasa.
Posisi makmum semuanya di belakang imam, kecuali bila ada seorang makmum yang tidak mendapatkan tempat di belakang imam, dia boleh berdiri di samping kanannya.

8. Cara Menguburkan Jenazah

Menurut aturan syariat, kuburan itu dibuat dengan kedalaman sampai pertengahan tinggi seorang laki-laki dan dibuatkan ke dalamnya liang lahad di arah kiblat, dan jenazah diletakkan di dalam liang lahad dengan bertumpu pada sisi kanan badannya (miring ke kanan, pen.) kemudian tali-tali pengikat kafan itu dibuka, tidak dicabut tapi dibiarkan begitu saja, dan wajahnya tidak perlu disingkap baik jenazah laki-laki atau perempuan. Kemudian diberi batu bata besar yang didirikan dan (celah-celahnya) diberi adonan pasir supaya kuat dan bisa menjaganya (jenazah) agar tidak ber-jatuhan debu/tanah. Bila sulit mendapatkan batu bata boleh diganti yang lain seperti; papan, batu atau bambu yang dapat mengha-langi agar tanah tidak masuk ke dalam. Setelah itu, baru ditimbun dengan tanah. Dan disunnahkan ketika itu membaca:
"Dengan nama Allah dan sesuai dengan ajaran Rasulullah."
Selanjutnya, kuburan boleh ditinggikan sejengkal dari tanah dan di atasnya diberi kerikil --kalau ada-- dan disiram dengan air.
Dan disyariatkan bagi orang-orang yang mengantarkannya untuk berdiri di sisi kuburan dan berdo'a untuk si mayit. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila sudah selesai menguburkan orang meninggal dunia, beliau berdiri di sampingnya dan berkata:
"Mohonlah ampun untuk saudara kalian dan mintakanlah untuknya ketetapan; sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya."

9. Disyariatkan bagi yang belum menshalatkannya untuk menshalatkannya setelah dikuburkan. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan hal tersebut, tapi dengan catatan hal itu boleh dilakukan dalam jangka waktu satu bulan atau kurang, dari setelah dikuburkan. Bila sudah lewat dari satu bulan tidak disyariatkan lagi shalat di atas kuburan. Karena tidak ada keterangan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat di atas kuburan setelah sebulan dari penguburan.

10. Tidak boleh bagi keluarga jenazah membuat makanan untuk orang-orang. Berdasarkan perkataan seorang sahabat yang mulia Jarir bin Abdillah Al-bajali radhiallahu 'anhu

"Dulu kami menganggap, berkumpulnya (orang-orang) di tempat keluarga mayit dan membuat makanan setelah penguburan, adalah termasuk 'niyahah' (ratapan yang hukumnya haram)." (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang baik). 

Adapun membuatkan makanan untuk keluarga yang berkabung atau tamu-tamu mereka maka tidak apa-apa. Bahkan dianjurkan oleh agama, agar para kerabat dan para tetangga membuat makanan bagi mereka. Karena, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar kabar kematian Ja'far bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu di Syam, beliau meminta keluarga beliau untuk membuat makanan yang diberikan kepada keluarga Ja'far. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya telah menimpa kepada mereka musibah yang telah menyibukkan mereka."
Keluarga jenazah boleh memanggil para tetangga dan yang lainnya untuk makan makanan yang telah dihadiahkan bagi mereka dan menurut pengetahuan kami tentang hukum syara', tidak ada batasan waktu untuk hal itu.

11. Tidak dibolehkan bagi seorang perempuan berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali yang meninggal adalah suaminya. Saat itu dia harus berkabung selama empat bulan sepuluh hari, kecuali kalau dia hamil maka sampai dia melahirkan. Berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hal ini.
Adapun bagi seorang laki-laki tidak boleh mempunyai masa berkabung atas kematian seorang kerabat dan yang lainnya.

12. Disyariatkan bagi kaum pria untuk berziarah kubur dari waktu ke waktu. Tujuannya untuk mendo'akan yang mati, memohon-kan rahmat untuk mereka, juga untuk mengingatkan akan kematian dan apa yang ada setelah itu. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ziarahilah kubur itu, sesungguhnya dia akan mengingatkan kalian tentang alam akhirat." (Hadits dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada para sahabatnya apabila mereka berziarah kubur untuk mengucapkan:

"Keselamatan untuk kalian wahai ahli kubur dari kaum mu'minin dan muslimin, dan sesungguhnya kami --Insya Allah-- akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mati lebih dahulu dari kami dan juga orang-orang yang akan mati belakangan."

Adapun kaum wanita, maka dia tidak boleh melakukan ziarah kubur, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat kaum wanita yang menziarahi kubur. Alasannya adalah karena takut terjadi fitnah dan tidak mampu menahan kesabaran. Begitu pula, mereka tidak boleh ikut mengantar jenazah sampai ke kuburan. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga melarang hal tersebut. Akan tetapi, menshalatkan jenazah baik di masjid maupun di tempat lain-- dibolehkan untuk pria dan wanita semuanya.

PANDUAN PENGURUSAN JENAZAH

Kematian adalah sesuatu yang pasti dan kita harus bersedia menghadapinya kerana ia merupakan titik permulaan kepada penghidupan yang kekal abadi. Hanya mukmin yang dipanggil menghadap Tuhannya dengan hati bersih memperolehi kejayaan.

Menguruskan jenazah adalah merupakan perkara yang tidak boleh kita elakkan begitu sahaja. Ianya merupakan fardhu kifayah ke atas umat Islam. Dengan adanya sebahagian umat Islam yang mengetahuinya akan selesailah tanggungjawab itu.

Namun dalam keadaan sekarang ini, kesedaran di kalangan generasi muda untuk melaksanakan tanggungjawab ini amat tipis sekali. Ramai dari generasi muda yang tidak tahu cara-cara menguruskan jenazah dan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada jenerasi yang lebih tua dari mereka untuk melaksanakannya. Bayangkanlah suatu hari nanti ayah atau ibu kita meninggal dunia. Tergamakkah kita membiarkan orang lain menguruskannya sedangkan diri kita hanya melihat tanpa sebarang ilmu. 

Sejajar dengan itu maka terbitlah halaman web ini bagi memberikan sedikit bimbingan dan panduan. Seperkara yang perlu diingat di samping kita menguruskan jenazah, diharap ianya dapat menjadi pengajaran kepada kita yang masih hidup untuk bersiap sedia menuruti jejaknya suatu hari nanti. Dengan adanya panduan-panduan ini adalah diharapkan sedikit sebanyak dapat memberi pengetahuan kepada para pelawat jika berlaku sesuatu kematian agar dapat membantu menguruskannya. Marilah kita memahami kehendak fardhu kifayah ini, moga-moga ianya dapat menjadi penyambung kesempurnaan dalam pengamalan syariat agama kita. 



Sakit adalah datangnya dari Allah. Penyakit yang ditimpa ke atas kita sebenarnya mengandungi hikmah. Antaranya ialah :
  1. Memberi kesedaran dan keinsafan kepada kita bahawa kita ini lemah dan tidak mempunyai kuasa dan kekuatan untuk menyembuhkannya melainkan Allah.
  2. Allah ingin menguji sejauh mana kesabaran kita menghadapi dugaan Allah.
  3. Allah ingin mengampunkan dosa kita yang kita telah lakukan samada secara sedar ataupun tidak.
Oleh itu, kita hendaklah sabar dan redha di atas dugaan yang telah diberikan Allah kepada kita dan berusahalah mencari ubatnya sebab Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda yang bermaksud 'Tiap-tiap penyakit ada ubatnya kecuali mati'.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud :
'Menziarah/melawat orang yang sakit pada permulaan masa sakitnya itu adalah Fardhu (wajib) dan kemudiann daripadanya Sunat, tidak lebih dari 3 hari'.
Ketika berada dekat dengan orang sakit, bacalah doa ini berulang kali,


Umat Islam amat menghargai kita melawat orang sakit terutama jika saudara-mara kita yang sakit begitu juga kalau jiran-jiran kita, walaupun jiran kita bukan dari golongan orang Islam.
Apa yang perlu di lakukan ketika menghadapi seseorang yang dalam keadaan nazak?
  1. Perlu berada di sisinya.
  2. Sentiasa mengingatkannya dengan kalimah Syuhadah iaitu :
Ash-hadu allah illaha illallah....
di telinganya dan hendaklah dimadkan bacaan kalimah tersebut. Manakala rakan-rakan yang lain membaca Al-Quran atau Yasin.
  1. Pesakit hendaklah ditelentangkan menghala ke Qiblat dan qiam tangannya.
 
  1. Apabila seseorang itu telah disahkan matinya, perkara-perkara berikut hendaklah dilakukan :
    Hendaklah kita ucapkan :
  1. Tukarkan pakaiannya dan bersihkan kekotoran yang keluar dari duburnya.
  2. Rapatkan kedua belah matanya.
  3. Qiamkan tangannya seperti dalam sembahyang.
  4. Rapatkan mulutnya.
  5. Ikat dagunya dan simpul di atas ubunnya.
  6. Luruskan kakinya.
  7. Ikatkan kedua ibu jari kakinya. 
  8. Letakkan di tempat yang tinggi.
  9. Hadapkan ke Qiblat.

    Mengurus jenazah orang Islam, merupakan fardhu kifayah, yakni apabila sudah dikerjakan oleh sebahagian dari orang Islam yang lain, maka yang lainnya tidak berdosa, akan tetapi apabila tidak seorang pun yang mengerjakan kewajipan tersebut, maka semua orang Islam dalam satu kampung atau kawasan tersebut akan berdosa.
    Di antaranya yang wajib kita kerjakan dalam mengurus jenazah ialah :
  10. Memandikannya.
  11. Mengkafankan jenazah.
  12. Solat ke atas jenazah.
  13. Mengebumikannya.

Orang yang berhak dan lebih afdal untuk menguruskan jenazah ialah dari kalangan keluarganya atau warisnya yang terdekat misalnya ; anaknya sendiri kalau simati bapanya.
Kalau warisnya tidak ada kemampuan atau pengalaman, bolehlah diminta Imam atau Bilal di kawasan tersebut untuk menguruskannya.

  1. Waris yang tertua hendaklah berpakat/berbincang berhubung dengan kematian.
  2. Urusan di Balai Polis bagi melapurkan kematian.
    Nota : Sekiranya jenazah itu meninggal di Hospital cukup dengan surat kebenaran atau pengesahan dari doktor.
  3. Membeli keperluan untuk urusan memandi dan mengkafankan mayat.
  4. Menentukan bilal untuk memandikan mayat.
  5. Urusan menggali kubur.
  6. Menentukan Imam untuk sembahyang mayat.
  7. Menguruskan kenderaan untuk jenazah.
  8. Ucapan takziah.

  1. Sifat berani.
  2. Sabar.
  3. Amanah.
  4. Mempunyai kemahiran dan ilmu yang cukup.

  1. Sediakan tempat mandi.
  2. Sabun mandi.
  3. Air daun bidara.
  4. Air bersih.
  5. Sugi - 7 batang.
  6. Sarung tangan - 3 atau 5.
  7. Sedikit kapas.
  8. Air kapur barus.
  9. Baldi serta gayong.
Sebelum memandikan mayat, pastikan dahulu kubur telah digali dan peralatan mengkafan mayat telah disediakan seperti :
  1. Kain putih (bidang 45")  - 20 meter bagi dewasa
  2. Gunting
  3. Kapas
  4. Cendana
  5. Kapur barus
  6. Air mawar
  7. Minyak wangi (Minyak Attar)
  8. Tikar jerami
  9. Bantal (dari daun pandan)
  10. Tempat mandi yang khas.
    mandi.gif
 (48727 bytes)
    1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
    2. Tutup seluruh anggota mayat kecuali muka.
    3. Semua Bilal hendaklah memakai sarong tangan sebelah kiri.
    4. Sediakan air sabun.
    5. Sediakan air kapur barus.
    6. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
    7. Angkat sedikit bahagian kepalanya sehingga paras dadanya.
    8. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau mimicit-micit perutnya secara perlahan-lahan dan hati serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain alas atar tidak tersentuh auratnya.
    1. Siram dan basuh dengan air sabun sahaja dahulu.
    2. Kemudian gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kakinya dan rambutnya.
    3. Selepas itu siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
    4. Kemudian bilas dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
    Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
    "Sahaja aku memandikan jenazah (lelaki) kerana Allah Taala"
    Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

    "Sahaja aku memandikan jenazah (perempuan) kerana Allah Taala"
  11. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga hujung kaki 3 kali dengan air bersih.
  12. Siram sebelah kanan 3 kali.
  13. Siram sebelah kiri 3 kali.
  14. Kemudian mengiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
  15. Mengiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya pula.
  16. Telentangkan semula mayat, ulangi menyiram seperti bil. 13 hingga 17.
  17. Lepas itu siram dengan air kapur barus.
  18. Lepas itu wudukkan mayat.

    Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
    "Sahaja aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
     
    "Sahaja aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"
    Cara mewudukkan jenazah ini iaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu bermula dari muka dan akhir sekali pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh perempuan.
  19. Siram dengan air sembilan.
  20. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkannya dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan menggunakan tuala pada seluruh badan mayat.
  21. Cawatkan bahagian kemaluan mayat dengan cawat yang disediakan.
  22. Lepas itu usung dengan menutup seluruh anggotanya.
  23. Segala apa-apa yang tercabut dari anggota mayat, hendaklah dimasukkan ke dalam kapan berama (Contoh : rambut, kuku dll).
  24. Dengan ini selesailah kerja memandikan mayat dengan sempurnanya.

Pertama :
Hendaklah disediakan tiga lembar kain kafan dibentangkan dengan disusun, kain yang paling lebar diletakkan di bawah atau dengan cara kain tiga lembar dibentangkan dan letaknya agak serong yang atas melebar dan yang bawah mengecil, setiap lembar disapu dengan wangi-wangian atau minyak wangi yang tidak mengandungi alkohol.
Kedua : Hendaklah disediakan tali pengikat sebanyak tiga atau lima utas yang diletakkan di bawah kain kafan tersebut.
Ketiga :
Hendaklah disediakan kapas yang disapu dengan wangi-wangian dan kayu cendana yang digunakan untuk menutup antara lain :
1. Kemaluan
2. Wajah (muka)
3. Kedua buah dada
4. Kedua Telinga
5. Kedua siku tangannya
6. Kedua tumitnya
Keempat :
Angkatlah mayat tersebut dengan berhati-hati kemudian baringkan di atas kain kafan yang sudah dibentangkan.
Kelima : Tutupkan jenazah itu dengan kapas yang telah disediakan pada bahagian-bahagian yang telah disebutkan di atas.

Keenam :
Hendaklah kain kafan tersebut diselimutkan atau ditutupkan dari lembar yang paling atas sampai lembar yang paling bawah, kemudian ikatlah dengan tali daripada kain yang telah disediakan sebanyak tiga atau lima ikatan. Semua tali pengikat mayat hendaklah disimpul hidup di sebelah kiri. Sebelum  diikat di bahagian kepala, benarkan warisnya melihat atau menciumnya.
Tulislah kalimah "ALLAH dan MUHAMMAD" di dahi mayat dengan menggunakan minyak wangi.

Setelah siap diikat renjislah dengan air mawar dan sapulah minyak wangi.
Dalam mengerjakan solat jenazah, yang paling utama ialah dikerjakan secara berjemaah dan harus dijadikan tiga saf (barisan) sekurang-kurangnya setiap satu saf dua orang.
Bagi orang perempuan diperbolehkan mengikuti berjemaah bersama-sama dengan orang lelaki atau boleh mendirikan solat ke atas jenazah setalah disolatkan oleh orang lelaki.
Adapun hukum solat jenazah ini adalah Fardhu Kifayah seperti hal menguruskannya.
  1. Cara mengerjakan Solat Jenazah
    Bagi jenazah lelaki, Imam yang akan mendirikan solat ke atasnya hendaklah berdiri searah dengan kepala jenazah itu.
    Bagi jenazah perempuan, Imam hendaklah berdiri searah dengan lambung atau bahagian tengah jenazah itu.
    Tentang tempat untuk mengerjakan solat jenazah, diperbolehkan di dalam masjid, di surau atau di tempat lainnya yang memungkinkan solat berjemaah dengan syarat tempatnya itu luas dan bersih.
  2. Rukun Solat Jenazah
    Solat jenazah berbeza dengan solat-solat yang lain kerana cara mengerjakannya hanya dengan berdiri dan takbir empat kali tanpa rukuk dan sujud, juga tidak perlu azan dan iqamat. Adapun rukunnya ada empat :
    i.   Niat mendirikan solat jenazah yang dimaksudkan
    ii.  Berdiri bagi yang berkuasa.
    iii. Bertakbir empat kali.
    iv. Salam
  3. Lafaz niat solat jenazah :

    a.  Lafaz niat solat jenazah lelaki secara persendirian :
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah ini dengan empat takbir fardhu kifayah kerana Allah Taala"
b. Lafaz niat untuk jenazah perempuan secara persendirian :
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah ini dengan empattakbir fardhu kifayah kerana Allah Taala"
c. Lafaz niat untuk mayat lelaki bagi Imam.
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(lelaki) ini dengan empat takbir fardhu kifayah  menjadi Imam kerana Allah Taala"
d. Lafaz niat untuk mayat perempuan bagi Imam.
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(perempuan) ini dengan empat takbir fardhu kifayah  menjadi Imam kerana Allah Taala"
e. Lafaz niat untuk mayat lelaki bagi Makmum
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(lelaki) ini dengan empat takbir fardhu kifayah  menjadi makmum kerana Allah Taala"

f. Lafaz niat untuk jenazah perempuan bagi Makmum
"Sahaja aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(perempuan) ini dengan empat takbir fardhu kifayah  menjadi makmum kerana Allah Taala"
  1. Bacaan dan Doa dalam Solat Jenazah.
  1. Takbir yang pertama :

    Membaca lafaz :   
Allahu Akbaru (Allah Maha Besar). 
Kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah :
  1. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi maha Penyayang. 
  2. Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam.
  3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  4. Yang berkuasa mengadili pada hari pembalasan.
  5. Hanya kepada Mu kami menyembah dan hanya kepada Mu kami memita segala pertolongan.
  6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.
  7. Iaitu Jalan orang yang engkau kurniakan nikmat ke atras mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.

b. Takbir yang kedua.
Membaca lafaz seperti pada takbir pertama, kemudian dilanjutkan dengan membaca selawat atas Nabi Muhammad s.a.w :
 
"Ya Allah! Berilah rahmat atas penghulu kami Muhammad s.a.w dan atas keluarganya sebagaimana Engkau telah memberi rahmat pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah atas Nabi Muhammad s.a.w. dan atas keluarganya. Sebagaimana Engakau memberkati Nabi Ibarahim dan atas keluarganya. Pada seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia".
c.       Takbir yang ketiga :
Selepas takbir yang ketiga hendaklah membaca doa untuk memohonkan ampun pada si mati :


"Ya Allah! Ampunilah dia dan kasihanilah dia dan sejahterakanlah serta ampunilah dosa kesalahan dia. Dan muliakanlah kedatangannya dan luaskanlah tempat masuknya (kuburnya) dan bersihkanlah dia dengan air salju dan embun, bersihkanlah dia dari segala dosa dan sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya dan gantikanlah isteri yang lebih baik dari isterinya dan gantikanlah keluarga yang lebih dari keluarganya dan peliharalah (hindarkanlah) dia dari seksa kubur dan seksa neraka."

d.      Takbir yang ke empat.
Selepas mengangkat takbir yang keempat hendaklah membaca doa seperti di bawah ini :
 
"Ya Allah ! Janganlah kiranya pahala tidak sampai pada kami dan janganlah Engkau memberi pada kami fitnah sepeninggalannya dan ampunilah kami dan dia dan bagi saudara -saudara kami yang telah mendahului kami dengan imam dan janganlah menjadikan gelisah (dengki) dalam hati kami pada orang-orang yang beriman, Ya Allah! Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Selanjutnya yang terakhir adalah memberi salam dan palingkan ke kanan dan ke kiri denganbacaan yang sudah di tentukan.

Barudak IF.A

 
Free HTML Blog 4u