A. OLIGAMI, SEBUAH PEMBELAAN
KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah
Ada Apa dengan Poligami? Dan kenapa orang-orang meri-butkan orang yang berpoligami?
Musuh-musuh Islam dari berbagai latar belakang telah me-lancarkan tudingan dan tuduhan yang getir terhadap Islam karena syariat poligami. Mereka, dari dulu sampai saat ini terus melaku-kan propaganda bahwa Islam tidak adil, menindas dan merendah-kan kaum wanita dengan syariat poligami. Dalam pandangan me-reka, poligami tidak lebih dari terowongan gelap yang senantiasa dibuka lebar untuk memperturutkan syahwat laki-laki kaum Mus-limin. Semua tuduhan dan tudingan kosong tersebut telah terjadi sejak waktu yang lama, dan itu terus bergaung sampai saat ini.
Masalahnya, andai saja tuduhan itu hanya datang dari orang-orang kafir; baik itu kaum orientalis, sosiolog, antropolog, atau atas nama hak asasi, atau kesetaraan gender, atau dan atau…, tentu kita tidak ambil pusing dan tak perlu merasa terganggu karenanya. Karena musuh-musuh Allah telah melakukan serangan permu-suhan dan kezaliman yang jauh lebih besar dari sekedar masalah poligami. Akan tetapi yang sangat menyedihkan kita semua ada-lah bahwa mereka yang ribut mempermasalahkan poligami ini adalah kaum Muslimin sendiri, bahkan sebagian di antara mereka adalah kaum terpelajar atau bahkan berilmu.
Di antara mereka bahkan ada yang berani mengatakan bahwa poligami adalah kejahatan atas kaum perempuan dan wajib dila-rang di Indonesia.
Sebegitu lemahkah keimanan seorang Muslim hingga berani menggugat keadilan Allah dengan mengatakan poligami adalah kezaliman terhadap perempuan? Sebegitu besarkah pengaruh tipu-daya setan dan musuh-musuh Islam hingga kaum Muslimin sen-diri yang justru lancang mempermasalahkan syariat Allah? Kurang jelaskah Allah dan RasulNya menjelaskan masalah poligami?
Berikut ini adalah beberapa jawaban untuk mereka yang mempermasalahkan poligami?
Pertama: Perhatikan kembali Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّتَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا
Al-Allamah as-Sa’di, setelah menjelaskan dan menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Hal itu karena laki-laki kadang ada yang tidak terpenuhi syahwatnya dengan seorang istri, maka dibolehkan baginya untuk menikah, seorang lagi dan seorang lagi sampai ber-jumlah empat orang, karena dengan empat orang istri sudah cukup untuk setiap orang; kecuali sangat langka (ada yang juga belum cukup). Dan ber-sama itu semua, laki-laki bersangkutan diboleh-kan baginya mela-kukan itu (poligami), apabila dia merasa aman terhadap dirinya untuk tidak berlaku zhalim dan tidak adil, dan yakin dapat melak-sanakan hak-hak mereka. Maka jika dia hawa-tir terhadap sesuatu dari semua kehawatiran tadi, hendaklah dia cukup hanya dengan seorang istri saja, … karena itu lebih memung-kinkan untuk tidak berlaku zhalim.” (Taisir al-Karim ar-Rahman).
Ayat ini dengan sangat jelas mengisyaratkan bahwa apabila seorang laki-laki mengkhawatirkan dirinya tidak bisa berlaku adil, dan tidak mampu memberi nafkah lahir maupun batin, maka sebaik-nya cukup dengan seorang istri; dan itu jelas lebih utama baginya dan lebih menciptakan suasana harmonis dalam keluarga. Akan tetapi, bila seorang laki-laki telah mampu memenuhi semua tun-tutan syariat, sehingga dalam pandangan syariat telah layak untuk berpoligami, maka suatu kekufuran untuk menyuarakan tidak boleh melakukan poligami. Artinya, poligami sebenarnya hanya semacam keringanan atau pintu emergensi yang diberikan Allah, untuk meng-hadapi suatu kondisi yang menuntut penyelesaian yang tepat. Dan akan dijelaskan secara lebih rinci berikutnya.
Kedua: Islam bukan agama pertama yang mensyariatkan poligami, dan bangsa Arab juga bukan satu-satunya bangsa yang akrab dengan budaya poligami. Dalam Al-Mar`ah Wa Makanatuha Fi al-Islam disebutkan bahwa berbagai bangsa di dunia telah terbiasa melakukan poligami sejak tempo dulu. Seperti: bangsa Mesir, Per-sia, Asyuria, Babilonia, India, Rusia, Jerman bahkan sejumlah raja-raja Yunani juga melakukan poligami.
Dalam agama Yahudi, poligami juga dikenal luas. Taurat (Perjanjian Lama) mencatat begitu jelas bahwa nabi-nabi dan raja-raja Bani Israil melakukan poligami, bahkan dalam jumlah istri yang sangat ekstrim:
- 1. Kitab Imamat (18: 18) secara tersirat menunjukkan bahwa poligami itu boleh, tetapi tidak boleh mempoligami istri dengan saudarinya.
- 2. Kitab Kejadian (28: 9), dengan sangat jelas menerangkan: Esau, putra nabi Ishak, mengambil putri Ismail, Mahalat, sebagai istri ketiganya di samping kedua istrinya yang telah ada.
- 3. Kitab Raja-Raja (11: 3), menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman, putra Nabi Dawud, memiliki 700 orang istri dari kalangan wanita terpandang dan 300 orang budak perempuan.
- 4. Kitab Samuel 2 (5: 13) dengan begitu terang mengatakan bahwa Nabi Dawud menikahi banyak istri dari kalangan wanita merdeka dan memiliki banyak budak perempuan.
Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah
Ketiga: Ada banyak kondisi di mana poligami menjadi suatu keniscayaan:
(1). Ketika istri pertama sakit berkepanjangan, atau terserang penyakit menular atau penyakit kronis, yang menjadikan seorang suami sulit memenuhi kebutuhan biologisnya sebagai laki-laki. Dalam kondisi ini, tentu sangat kerdil otak seseorang jika menga-takan, suaminya tidak boleh melakukan poligami.
Menghadapi kondisi ini, kita berhadapan dengan tiga pilihan:
Pilihan Pertama, demi tidak melakukan poligami, suami men-ceraikan istri pertamanya yang sakit tersebut, baru menikah lagi. Ini adalah pilihan yang sangat tidak manusiawi dan tidak bertang-gung jawab serta kezhaliman terhadap sang istri yang justru pada saat seharusnya mendapatkan perhatian dan perlindungan yang lebih.
Pilihan Kedua, tetap mempertahankan istrinya yang sakit ter-sebut, dan karena tidak boleh berpoligami, serta demi memenuhi hasrat biologisnya, dia berselingkuh dengan perempuan-perempuan murahan. Pilihan ini adalah pilihan iblis; tidak moralis dan juga suatu kezhaliman. Dengan logika “demi tidak menzhalimi istri per-tama”, dia berselingkuh dengan perempuan yang hanya dengan bayaran murah, lalu dia campakkan begitu saja tanpa mendapat-kan hak sebagai istri.
Pilihan Ketiga, tetap mempertahankan istri pertamanya, se-hingga dia dapat tetap memberikan perhatian dan pengayoman serta memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan medisnya, dan demi mendapatkan haknya sebagai suami untuk memenuhi kebu-tuhan biologisnya, dia menikah secara sah. Ini adalah pilihan Islam, ini adalah pilihan manusia yang berakal sehat, dan ini jauh lebih terhormat dan lebih adil bagi istri kedua tersebut, ketimbang men-jadi teman selingkuhan.
Begitu pula kalau seandainya istri yang pertama dan kedua sekaligus dalam posisi yang sama, maka Islam memberikan pilihan menikahi perempuan ketiga ketimbang menempuh pilihan pertama atau kedua.
(2). Di antara kaum laki-laki, banyak yang memiliki kekuatan biologis yang hebat, dan ini benar-benar realistis di tengah masya-rakat, terlebih di zaman ini, yang didukung oleh banyak penunjang hidup yang dapat memaksimalkan hasrat biologis seorang laki-laki. Dalam kenyataan ini, hipokrit jika ada laki-laki yang menga-takan cukup dengan seorang wanita saja. Bagaimana jika istrinya sedang sakit, atau menstruasi, atau hamil tua dan seterusnya. Akan-kah kita tak ambil pusing dengan takdir diri mereka yang seperti itu? Apakah kita harus mengucilkannya? Laki-laki yang berakal sehat pasti akan mengatakan, jika dia tidak dapat mendapatkan jalan yang sah dan halal yaitu poligami, maka pasti dia akan me-nempuh jalan yang haram. Dalam menghadapi keadaan laki-laki seperti ini adalah zhalim bila ada aturan yang menghambat atau bahkan melarang poligami.
(3). Tak seorang pun dapat mengingkari bahwa secara umum jumlah kaum perempuan lebih besar dari jumlah kaum laki-laki, dan ini tampak mencolok di sejumlah negara. Dan ini terjadi ka-rena berbagai faktor, seperti peperangan, misalnya yang seringkali menelan korban dari kaum laki-laki.
Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah
Dalam kondisi ini kita juga menghadapi tiga pilihan:
Pertama, seorang laki-laki hanya boleh menikahi seorang perem-puan saja, dan perempuan lainnya biarkan saja tanpa nikah dan tanpa mengenal laki-laki. Dan ini sangat jelas merupakan solusi yang tidak adil bahkan tidak manusiawi bagi perempuan yang tidak menikah itu tadi; paling tidak, karena mereka juga manusia yang memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi.
Kedua, seorang laki-laki menikah secara sah dengan seorang wanita saja dan dibolehkan -oleh aturan masyarakat atau hukum-untuk melakukan hubungan haram atau perselingkuhan dengan wanita-wanita yang tidak bersuami tadi. Dan inilah yang terjadi di Barat.
Ketiga, laki-laki -sebagian atau semuanya- dibolehkan meni-kahi lebih dari seorang wanita, sehingga semua kaum wanita dapat memenuhi kebutuhan biologisnya secara bermoral dan bertang-gungjawab, dan mendapatkan hak sebagai istri yang sama.
Poin ketiga ini -yaitu semakin banyaknya jumlah kaum wa-nita, yang dihadapkan dengan konsep poligami- dapat diperjelas dengan logika sederhana. Kurang lebih sebagai berikut: berbilang-nya sesuatu terhadap sesuatu yang lainnya terjadi karena adanya surplus pada sesuatu yang kedua. Bila tiga puluh orang mahasiswa masuk ke dalam sebuah ruang kuliah, dan di dalamnya memang terdapat tiga puluh kursi, di mana seorang mahasiswa diharuskan hanya mengambil satu kursi, maka ini adalah aturan sangat wajar dan itulah semestinya, bahkan akan menjadi suatu kezhaliman secara moral bila ada di antara mereka yang mengabil dua kursi.
Tapi bagaimana jika jumlah mahasiswa hanya dua puluh lima orang? Sementara jumlah kursi tersebut tiga puluh buah, apakah tidak mungkin secara akal bahkan secara moral beberapa di antara mahasiswa tersebut mengambil dua buah kursi; untuk menaruh buku-buku kuliah misalnya, atau untuk menaruh tas kuliah, atau untuk menggantung jas almamater?
Masalahnya, andai saja kaum wanita yang surplus dewasa ini seperti kursi yang hanya benda mati, jumlah lima buah terse-but dikeluarkan saja atau dibiarkan saja, itu sudah menyelesaikan masalah tersebut. Tapi masalahnya, kaum wanita adalah manusia yang membutuhkan hidup layak dan memiliki kebutuhan biologis sebagaimana halnya istri yang sah. Dan jika kebutuhannya tersebut tidak terpenuhi, maka kaum wanita yang tidak bersuami tersebut akan menjadi pukulan balik bagi istri-istri yang sah. Di mana mereka akan menggoda suami-suami mereka dengan berbagai macam cara, lalu timbullah perselingkuhan, kemudian percekcokan keluarga, bahkan istri yang sah pun boleh jadi akan diceraikan. Dan itu akan jauh lebih menyakitkan daripada bersabar hidup penuh ikhlas de-ngan dipoligami. Ini dari satu sisi, sedangkan dari sisi lain, jika kaum wanita yang tidak bersuami tersebut dikekang karena adanya atur-an bahwa seorang laki-laki hanya boleh beristri satu orang, maka ini adalah kezhaliman sistem yang nyata atas mereka.
Sampai di sini, tidak ada pilihan yang lebih bijak dan lebih adil daripada poligami, aturan yang dibuat oleh Allah, Pencipta laki-laki dan perempuan.
(4). Bila istri pertama mandul, sedangkan sang suami tentu saja punya hak penuh untuk merindukan dan menginginkan anak; apa solusi yang tepat untuk memenuhi insting sang suami? Tentu tidaklah adil untuk mengatakan, biarkan saja, keinginan itu nanti juga hilang.
Keinginan memiliki anak dan keturunan adalah suatu yang sangat normal, bahkan simaklah bagaimana al-Qur`an menyama-kan antara insting kepada perempuan dengan insting kepada anak-anak, bahkan juga harta. Perhatikan Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Di sini seorang Muslim juga dihadapkan pada beberapa pi-lihan:
Pertama, suami tidak boleh berpoligami, dan bila ingin punya anak bisa dengan mengadopsi anak. Jelas ini adalah suatu kezha-liman yang nyata terhadap sang suami. Tidakkah kita menyadari bahwa anak adopsi sama sekali tidak sama dengan anak kandung. Bila anak adopsi itu laki-laki, setelah besar dia tidak bisa menjadi muhrim bagi si istri, dan bila sebaliknya dia perempuan, juga tidak bisa menjadi muhrim bagi si suami.
Kedua, istri pertama diceraikan terlebih dahulu secara paksa, agar suami dapat menikah dengan perempuan yang bisa punya anak. Ini juga tentu tidak adil bagi istri pertama; karena seharus-nya dia diberi kesempatan untuk menentukan pilihan untuk tetap bersama suami atau memilih cerai.
Ketiga, istri pertama yang mandul itu tetap sebagai istri, dan demi memenuhi insting sang suami, dia diberikan jalan keluar yang agung, yaitu menikahi perempuan lain yang dapat melahirkan anak untuknya. Ini adalah pilihan yang sangat adil, dan inilah jalan yang ditawarkan Islam.
Keempat, Islam menetapkan syariat poligami dengan dua syarat besar: wajib berlaku adil dan sanggup memberikan nafkah lahir dan batin. Kedua syarat ini sebenarnya sudah cukup untuk memberikan rambu-rambu yang jelas agar tidak terjadi poligami yang salah kaprah.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Empat poin di atas ditambah empat kondisi pada poin ketiga, maka sungguh sudah sangat jelas untuk menggambarkan bahwa poligami adalah konsep yang agung, solusi yang shahih untuk men-jawab problem sosial, dan lebih dari itu, ia adalah jalan yang diri-dhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Bagi Anda kaum Muslimin yang berpoligami atau ingin berpoligami, tak perlu hirau dengan apa yang mereka katakan. Kebenaran yang Allah Firmankan tak akan pernah berubah menjadi konsep batil, sekalipun ditolak oleh 90% penduduk bumi ini, dan keadilan yang didefinisikan oleh syariat Islam tak akan pernah bisa ditandingi oleh konsep barat yang hanya didasari oleh analogi iblis.
Akan tetapi perlu tetap kita sadari, bahwa realita bukan idea-lita, praktik poligami yang keliru yang dilakukan banyak orang tidak bisa dijadikan tolak ukur yang menggambarkan konsep poli-gami yang sebenarnya yang tidak mengandung kesalahan. Secara singkat dapat kita katakan, “Kesalahan sebenarnya terjadi pada praktik, bukan pada konsep”. Artinya, banyak kaum Muslimin yang salah dalam mengambil syariat poligami. Poligami mereka prak-tikkan sebagai sesuatu yang boleh, akan tetapi bersama itu dia tidak berusaha untuk memenuhi hak poligami sendiri, yaitu berlaku adil. Inilah sebab yang selama ini membuat keluarga yang berpoligami tidak nyaman. Istri pertama merasa dizhalimi, anak-anak ditelan-tarkan, dan seterusnya. Dan inilah sebenarnya yang dikritik oleh orang-orang yang selama ini menolak poligami. Sebagian kaum Muslimin memang mencontoh poligami para nabi, akan tetapi me-reka tidak mencontoh keadilan dan tanggung jawab yang dicon-tohkan oleh para nabi tersebut. Lakukanlah poligami sebagaimana Rasulullah Sallallahi ‘alaihi wasallam, akan tetapi lebih dari itu, contohilah secara baik bagai-mana beliau berpoligami.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Mudah-mudahan jawaban singkat ini dapat menambah ke-imanan kita terhadap syariat Allah, yang tak akan pernah legam oleh sejarah, dan tak akan pernah lapuk oleh masa. Kita begitu yakin bahwa tidak ada syariat Allah yang sia-sia, karena Allah menetap-kan semua syariatnya berdasarkan ilmuNya dan ke Maha Bijaksa-naanNya; yang azali dan abadi.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا الله مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Yang sangat kita takutkan sebenarnya adalah jangan sampai kita kaum Muslimin terjatuh dalam kekafiran dari arah yang tidak kita sadari. Karena salah satu bentuk kekafiran yang dapat menge-luarkan seorang Muslim dari Islam, adalah menghalalkan apa yang diharamkan Allah, atau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Poligami jelas dihalalkan Allah; maka barangsiapa yang hendak melarangnya, atau berani mengatakan atau menulis makalah, bahwa itu adalah kejahatan terhadap kaum perempuan dan harus dilarang, maka camkan baik-baik riwayat berikut ini:
Dari Adi bin Hatim Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, Aku pernah mendengar Nabi Sallallahi ‘alaihi wasallam membaca (Firman Allah Subhanahu Wata’ala),
اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ
Maka aku mengatakan, “Kami, (kaum Nasrani) tidak beriba-dah kepada mereka.”
Maka Nabi Sallallahi ‘alaihi wasallam bersabda :
أَلَيْسَ يُحَرِّمُوْنَ مَا أَحَلَّ الله، فَتُحَرِّمُوْنَهُ؟ وَيُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ الله، فَتُحِلُّوْنَهُ؟
Adi berkata, “Aku menjawab, ‘Benar’.”
Maka Nabi Sallallahi ‘alaihi wasallam bersabda :
فَتِلُكَ عِبَادَتُهُمْ.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Sampai di sini, kita semua berharap, semoga Allah menambah tingkat intelegensia religius kita, agar menjadi pembela-pembela Islam yang berkualitas. Mari kita akhiri khutbah kita ini dengan bershalawat kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad Sallallahi ‘alaihi wasallam, ke-luarga dan para sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai Hari Kiamat nanti.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
B. Hari Kiamat
Khutbah Pertamaإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’at yang Dirahmati Allah!Marilah kita senantiasa memuji dan bersyukur ke hadirat Ilahi Rabbi, Tuhan yang tidak pernah sekejap pun lupa mencurahkan nikmat dan rahmatNya kepada kita semua. Dan lebih-lebih nikmat terbesar yang kita terima yaitu berupa nikmat Islam, iman, sunnah serta sehat wal’afiat, dan ini semua merupakan induk segala nikmat. Selanjutnya khatib tidak lupa mewasiatkan pada diri khatib sendiri dan kepada jama’ah sekalian untuk selalu memelihara dan mening-katkan ketakwaan kita kepada Allah, karena hanya dengan ketak-waan inilah kita semua akan selamat di dunia hingga di akhirat nanti.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah!
Salah satu prinsip keimanan yang sangat pokok dalam agama Islam adalah beriman kepada Hari Akhir atau Hari Kiamat. Iman kepada Hari Kiamat sebagaimana kita ketahui merupakan salah satu rukun iman yang enam. Keimanan kepada Hari Akhir dan kebangkitan ini merupakan salah satu hal yang banyak ditolak oleh kaum kafir, penentang para rasul, baik di masa lalu dan juga di masa kini. Adapun kita kaum Muslimin, tanpa ragu sedikit pun kita beriman bahwa Hari Kiamat pasti akan tiba dan terjadi. Kita beriman kepada Allah, kita beriman kepada Rasulullah, kita ber-iman kepada seluruh perkara ghaib yang telah diberitahukan wahyu, baik melalui kalamullah maupun melalui lisan RasulNya yang mulia.
Ma’asyiral Muslimin
Hari Kiamat merupakan salah satu perkara ghaib yang telah dijelaskan secara gamblang, baik dalam ayat al-Qur`an maupun sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia juga merupakan kesepakatan seluruh sahabat, ulama dan kaum Muslimin. Maka sangat jelas bagi kita semua bahwa Hari Akhir ini pasti akan terjadi tanpa ada keraguan sedikit pun, dan tidak ada yang meragukan atau menentangnya kecuali orang-orang kafir, atheis yang berpaham materialis. Masalahnya sekarang, “Kapankah Kiamat itu akan tiba?” Jama’ah sekalian! Jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan ini tidak lain adalah sebagaimana jawaban yang diberikan Nabi a kepada orang-orang, ketika mereka bertanya tentang kapan terjadinya Hari Kiamat. Beliau mengatakan, “Ilmunya ada di sisi Allah” yakni ilmu tentang kapan terjadinya Kiamat hanyalah Allah yang mengetahui. Allah Ta’ala telah berfirman,
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيباً
“Manusia bertanya kepadamu tentang Hari Kiamat. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu hai (Muhammad), boleh jadi Hari Kiamat itu sudah dekat waktunya.” (Al-Ahzab: 63).
Demikian pula dengan Firman Allah dalam ayat yang lain,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي لاَ يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لاَ تَأْتِيكُمْ إِلاَّ بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللّهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat; bilakah terjadinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba’. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakan-lah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu adalah di sisi Rabb, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’.” (Al-A’raf: 187).Juga di dalam surat An-Nazi’at ayat 42-45, Allah telah berfirman,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا. فِيمَ أَنتَ مِن ذِكْرَاهَا. إِلَى رَبِّكَ مُنتَهَاهَا. إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرُ مَن يَخْشَاهَا
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Hari Kiamat, kapankah terjadinya. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya). Kepada Rabbmu-lah dikembalikan kesu-dahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanya memberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (Hari Kiamat).”
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah!
Meskipun kejadian Hari Kiamat adalah sesuatu yang ghaib dan merupakan rahasia Allah, tetapi Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan kepada kita semua tentang tanda-tandanya. Dan kalau kita mau mencermati tanda-tanda Hari Kiamat tersebut, maka kita semua akan sepakat pada satu kesimpulan, yakni “Hari Kiamat Sudah Semakin Dekat”.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiri di dalam kitabnya Mukhtashar al-Fiqh al-Islami menyebutkan tentang tanda-tanda Hari Kiamat dengan begitu sistimatis. Beliau membagi tanda-tanda terjadinya Hari Kiamat menjadi dua bagian, yaitu “asyrathus sa’ah as-sughra” yakni tanda-tanda kiamat yang kecil dan “asyrathus sa’ah al-kubra” yakni tanda-tanda kiamat yang besar yang menunjukkan sudah sangat dekatnya kiamat. Beliau lalu membagi tanda-tanda kiamat yang kecil menjadi tiga bagian:
Yang pertama yaitu tanda-tanda yang sudah terjadi dan telah berlalu, yaitu berupa terbelahnya rembulan sebagaimana disebutkan dalam surat al-Qamar, lalu diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sekaligus wafatnya beliau, kemudian penaklukan Baitul Maqdis dan keluarnya api dari negeri Nejed.
Yang kedua: Tanda-tanda yang sedang terjadi dan masih terus berlangsung, di antaranya adalah tersebarnya fitnah (kekacauan dan kemungkaran), munculnya orang yang mengaku nabi, diangkatnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, kezhaliman terjadi di sana-sini, meratanya alat-alat musik dan anggapan halal terhadapnya, zina merajalela, banyak orang meminum khamar, orang-orang melarat saling berlomba membangun rumah dan gedung, membangun masjid hanya untuk bermegah-megahan, banyak terjadi pembunuhan, kemudian waktu terasa pendek, banyak terjadi gempa bumi, pasar-pasar dan super market saling berdekatan, urusan tidak diserahkan kepada ahlinya, keburukan mendominasi, kesyirikan menyebar di tengah-tengah umat Islam. Juga banyak terjadi kebohongan, pemutusan silaturahim, pengkhianat justru mendapat kepercayaan, orang tidak peduli lagi halal-haram dalam mencari rizki, dan juga banyak wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Inilah di antara tanda-tanda kiamat yang saat ini sedang banyak terjadi dan masih terus terjadi. Tanda-tanda ini telah disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih, dan tentunya bukan melalui forum ini untuk menyebutkannya secara detail satu per satu. Yang jelas -jama’ah sekalian- kita semua telah membuktikan sendiri bahwa apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkenaan dengan tanda-tanda terjadinya Hari Kiamat adalah benar adanya. Apa yang telah disebutkan di atas, kini telah menjadi fakta yang benar-benar terjadi pada masa ini, dan kita semua tidak mengingkarinya.
Selajutnya yang ke tiga adalah tanda Kiamat Sughra yang belum terjadi dan akan terjadi, di antaranya yaitu: terjadinya penaklukan Konstantinopel dengan tanpa peperangan, kemudian kaum Muslimin akan memerangi bangsa at-Turk, memerangi Yahudi hingga mendapat kemenangan, munculnya seorang laki-laki dari kabilah Qahthan yang mengajak manusia kepada ketaatan, lalu terjadi dominasi jumlah kaum wanita hingga seorang laki-laki berbanding dengan lima puluh wanita. Selain itu adalah munculnya al-Mahdi atau Imam Mahdi, lalu setelah itu akan terjadi penghan-curan Ka’bah oleh seorang laki-laki dari Habasyah yang disebut dengan Dzu as-Sawiqatain, dan inilah akhir zaman yang menunjukkan sudah sangat dekatnya Hari Kiamat yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda Kiamat Kubra.
.
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah!
Kita semua telah mengetahui tanda-tanda Kiamat Sughra yang terdiri dari tiga bagian, yaitu tanda yang telah terjadi, tanda-tanda yang sedang terjadi dan masih berlangsung hingga saat ini serta tanda-tanda yang akan terjadi. Selanjutnya perkenankanlah dalam khutbah kedua ini khatib menyampaikan tanda-tanda Kiamat Kubra sebagaimana telah diberitakan oleh Allah Ta’ala di dalam kitabNya dan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui hadits-hadits yang shahih. Di antara tanda-tanda tersebut yaitu:
1. Keluarnya Dajjal.
Dajjal adalah manusia keturunan Nabi Adam, dia akan muncul di akhir zaman dan mengaku dirinya sebagai tuhan. Dia muncul dari arah timur dari negeri Khurasan, dia akan menjelajahi bumi kecuali hanya beberapa negeri atau kota yang tidak dapat dimasukinya, yakni Baitul Maqdis, Bukit Thursina, Kota Makkah dan kota Madinah.
2. Turunnya Nabi Isa al-Masih j.
3. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, yakni dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi.
4. Munculnya dukhan, yakni asap yang menyelimuti bumi.
5. Terbitnya matahari dari barat.
6. Munculnya dabbah, yaitu sejenis monster atau binatang melata, yang mampu berbicara dan membedakan antara orang mukmin dengan orang kafir melalui indera penciumannya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Inilah sebagian tanda-tanda Hari Kiamat yang besar, yang hanya dapat kami sampaikan secara ringkas karena keterbatasan waktu. Yang paling penting bagi kita saat ini adalah bagaimana kita tetap istiqamah mempertahankan keimanan kita di tengah kondisi yang serba sulit, di dalam krisis multidimensi dan di masa fitnah sedang mendera, kerusakan dan kemaksiatan merajalela. Mumpung masih ada kesempatan, mumpung pintu taubat masih terbuka, mumpung nafas belum sampai di tenggorokan. Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah agar memberikan kekuatan lahir dan batin serta melimpahkan kebaikan bagi kita semua dan kepada kaum Muslimin di dunia dan di akhirat!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
C. OPTIMISME, INDONESIA AKAN BAIK JIKA …
KHUTBAH PERTAMA:إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Keterpurukan ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia dan beberapa negara lainnya berdampak mengenaskan bagi kehi-dupan masyarakat kelas ekonomi bawah, khususnya, angka kemis-kinan semakin membengkak. Angka di bawah garis kemiskinan juga semakin besar. Keterpurukan ekonomi dan moneter yang di-mulai sejak 1997 M. di Indonesia telah didahului oleh krisis moral dan akidah, krisis kejujuran, dan keteladanan.
Pada sisi lain kelas ekonomi menengah ke atas, terus-menerus menumpuk-numpuk kekayaan, mengeruk harta benda dengan segala cara, dan berfoya ria mengumbar hawa nafsu. Kecil sekali perhatiannya terhadap perbaikan ekonomi golongan mustad’afin. Bahkan orang kaya terus mengeruk harga rakyat beratus-ratus trilyun rupiah dengan bekerja sama dengan para penguasa lacur.
Norma-norma ketimuran sebagai orang timur, terlebih nilai akidah, syariat, dan akhlak Islam tidak lagi dilirik sedikit pun, apa-lagi dijadikan dasar pijakan untuk berperilaku yang cantik. Sungguh keadaan yang sangat memilukan ini menimpa hampir seluruh struktur dan kultur masyarakat Indonesia, kecuali yang dirahmati Allah Ta’ala.
Genap lengkaplah penderitaan jasmani dan rohani, sosial dan emosional. Jati diri manusia beradab telah beralih kepada perilaku-perilaku kehewanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebanyakan manusia telah bergeser dari statusnya sebagai hamba Allah Ta’ala yang diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya saja. Hanyalah se-dikit manusia yang Allah Ta’ala jaga yang tidak terlibat di dalam perkara yang mengenaskan tersebut, sehingga tetap istiqamah hanya beribadah kepadaNya saja.
Ulah atau tingkah laku yang seharusnya menaati Pencipta manusia, telah mereka gantikan dengan menuruti hawa nafsu. Segala sesuatu hanya berdasar pertimbangan akal mereka yang terbatas dan nafsu hewani belaka. Aturan-aturan Penciptanya tak lagi dihiraukan.
Keadaan seperti inilah yang membuat Allah Ta’ala menurunkan azabnya. Berbagai bencana alam, musibah berskala besar datang silih berganti. Inilah ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّبِيٍّ إِلاَّ أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ{94} ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَواْ وَّقَالُواْ قَدْ مَسَّ آبَاءنَا الضَّرَّاء وَالسَّرَّاء فَأَخَذْنَاهُم بَغْتَةً وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ{95} وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ{96} أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ{97} أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ{98} أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ{99} أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الأَرْضَ مِن بَعْدِ أَهْلِهَا أَن لَّوْ نَشَاء أَصَبْنَاهُم بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ {100}
“Kami tidaklah mengutus seorang nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata, ‘Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasai penderitaan dan kesenangan’, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami meng-hendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?” (Al-A’raf: 94-100).
Keadaan seperti ini membuat sebagian manusia ‘telah kalah sebelum berperang’. Artinya, melihat, menyaksikan, merasakan, dan mengalami penderitaan yang bertubi-tubi, sekaligus tidak memiliki daya upaya dan tidak memohon pertolongan, hidayah, dan inayah kepada pencipta mereka yakni Allah Ta’ala, akhirnya muncullah sikap menyerah, pasrah, lemah gairah untuk maju, tidak ada semangat juang untuk keluar dari krisis multi dimensional. Motivasi hancur, harta benda hancur, keluarga hancur, kehormatan hancur, tidak memiliki sandaran atau dasar beragama yang memadai, akhirnya sikap pesimistis menatap ke depan menjadi pilihan yang tak seha-rusnya diambil.
Akankah azab atau hal ini segera berakhir di Indonesia?
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Sebaik-baik manusia yang bersalah adalah mereka yang menyadari kesalahannya kemudian bertaubat. Sebaliknya –tentu saja- manusia yang paling jahat adalah manusia yang berbuat salah ke-pada penciptanya dan kepada sesama makhluk, akan tetapi tidak mengakui kesalahannya dan dengan kepongahan dan kesombongannya, tidak peduli untuk meminta maaf, bertaubat, dan mem-perbaiki diri.
Bukankah banyak manusia Indonesia (jutaan) masih meminta rizki, dimudahkan jodohnya, pangkatnya, dilepaskan dari kesulitan hidup, memintanya kepada kuburan dengan anggapan si mayit adalah orang shalih yang dekat dengan Allah Ta’ala, sehingga dapat dijadikan perantara untuk memintanya kepada Allah Ta’ala. Juga me-minta kepada patung, keris, pohon, batu, paranormal, jin, dukun, dan sejenisnya. Inilah dosa terbesar (syirik). Dan… masih teramat banyak jenis kesyirikan yang dilakukan mereka.
Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Demikian halnya kesalahan besar telah dilakukan jutaan manusia berupa
berakhlak rendah, tidak berakhlak karimah. Dosa-dosa besar dikerjakan setiap hari secara terang-terangan yang menjadi pemandangan menyesakkan dada orang-orang yang peduli dengan agamanya. Hukum Allah Ta’ala tidak diterapkan di dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam tataran internasional, kecuali hal-hal tertentu yang disesuaikan dengan selera dan hawa nafsu (mencampur yang haq dengan yang batil).
Jika keadaan seperti ini tidak membuat manusia menyadari akan kekeliruan atau kesalahan dan merasa berada di dalam kebe-naran atas dasar, standar atau kriteria hawa nafsu, maka sungguh teramat layak jika musibah, azab, bencana, akan terus menimpa manusia Indonesia, seperti sekarang ini.
Lalu kapan hal itu akan berakhir?
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Benar, dengan izin Allah Ta’ala, lambat ataupun cepat keadaan tersebut akan berakhir dan berganti dengan kebaikan dengan syarat:
- Manusia Indonesia, sebagian besarnya (pada gholibnya) ber-taubat.
- Istiqamah di dalam beriman dan bertakwa.
- Beramal shalih.
- Bertawakal kepada Allah Ta’ala.
Bertaubat artinya menyadari kesalahannya, meminta ampun kepada Allah Ta’ala, bertekad bulat tidak akan mengulangi kesalahan, berusaha sekuat kemampuan untuk berbuat baik, dan meminta maaf kepada sesama manusia jika kesalahan tersebut menyangkut hak manusia yang dirampas. Inilah taubatan nasuha. Firman Allah Ta’ala,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً{10} يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً{11} وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً{12}
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’ niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12).
Berdasarkan ayat ini, jika kita bertaubat, maka kesulitan seperti yang Indonesia alami, akan segera Allah Ta’ala ganti dengan kemudahan. Hal yang sama disebutkan di dalam banyak ayat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَكْثَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad)
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Istiqamah di dalam beriman dan bertakwa adalah langkah kedua, setelah bertaubat. Manusia yang telah bertaubat, tetaplah harus mempertahankan keimanan dan ketakwaannya dan terus berusaha meningkatkannya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan RasulNya, dan menjauhi segala laranganNya.
Jika masyarakat umum telah benar-benar beriman dan bertakwa, maka keadaan mereka yang dulunya mengenaskan akan Allah Ta’ala ubah dengan yang sebaliknya. FirmanNya,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (Al-A’raf: 96).
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 2-3).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Beramal shalih merupakan bukti bahwa masyarakat yang telah bertaubat, dan benar-benar beriman dan bertakwa, di dalam perbuatannya (hati, lisan, dan anggota badannya) bergerak untuk merencanakan aktivitas, mengelola, melaksanakannya, mengontrol, serta mengevaluasi dan mengembangkannya di dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara maupun aktivitas internasional yang selalu berdasarkan (at-Tauhid) keikhlasan dan ittiba’ (mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam).
Jika demikian keadaannya, maka yang haq akan bersinar dan kebatilan akan lenyap. Umat Islam akan memimpin dunia dengan kebenaran dan keadilan, jauh dari kebatilan dan kezhaliman seperti sekarang ini. FirmanNya,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, seba-gaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diri-dhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sen-tosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Tawakal adalah salah satu sifat orang-orang yang beriman dan bertakwa. Setelah beramal shalih atau beraktivitas semaksimal mungkin dalam kebaikan, mereka menyadari bahwa itu semua atas karunia dan kekuatan dari Allah Ta’ala. Dan hasil akhir yang berkuasa untuk menentukannya adalah Allah Ta’ala pula. Oleh karena itu mereka bertawakal (menyerahkan segala hal ikhwal akhirnya) hanya kepada Allah Ta’ala, tidak kepada dirinya yang lemah, seperti halnya kebanyakan manusia yang sombong.
Dengan bertawakal inilah akan menjadi baik bagi seluruh masyarakat. Jika ikhtiarnya sukses, mereka akan bersyukur. Jika ikhtiarnya belum sampai kepada tujuan yang diinginkan, mereka tidak akan kecewa, sebab itu pun akan baik bagi mereka. Selama mereka di dalam kebaikan, mereka yakin dan optimis, bahwa upaya, aktivitas atau amal shalih mereka akan dibalas oleh Allah Ta’ala, lambat ataupun cepat, di dunia ataupun di akhirat. FirmanNya,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرا
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 3).
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Sesungguhnya orang yang memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah c dan RasulNya atau benar-benar beriman, maka dalam menghadapi persoalan hidup di dunia ini –bagaimanapun peliknya, sulitnya, menderitanya– tidaklah akan membuatnya pesimis yang berakhir pada keputusasaan. Tidak, sekali-kali tidak.
Orang beriman apabila diuji oleh Allah Ta’ala dengan kelapangan, maka ia akan bersyukur dan hal itu baik baginya. Jika ia diuji dengan kesempitan, maka ia akan bersabar dan hal itu baik pula bagi-nya. Hal inilah yang menakjubkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam.
Sebagai keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maka umat Islam harus berada di dalam kondisi tersebut di atas. Mereka akan senantiasa bersabar di dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka akan senantiasa optimis menatap masa depan setelah menilai, dan menghisab keadaan yang ada. Mereka mengevaluasi dan menemukan jalan keluar berdasarkan kitabullah dan Sunnah NabiNya.
Maka didapatilah bahwa bangsa ini selayaknya bertaubat ke-pada Allah Ta’ala, kemudian istiqamah di dalam beriman dan bertakwa, dibarengi dengan amal shalih dan bertawakal kepadaNya saja.
Sikap optimis seperti ini menepis sikap pesimistis sebagian kecil manusia Indonesia yang mengatakan bahwa dengan berbagai problematika ini, jangan-jangan Indonesia akan musnah sebagaimana musnahnya bangsa-bangsa besar di masa lampau. Sikap pesimis tersebut akan menjadi kenyataan, jika benar-benar bangsa ini enggan untuk bertaubat kepadaNya, enggan untuk beriman dan bertakwa, enggan untuk beramal shalih, dan enggan untuk bertawakal kepadaNya semata.
Jika bangsa Indonesia di dalam menghadapi kemelut berkepanjangan ini menyerahkan solusinya semata-mata kepada akal dan hawa mereka, maka sudah pasti kemusnahan bangsa Indonesia memang mungkin saja terjadi, wallahu a’lam.
Marilah kita memohon pertolongan, karunia, petunjuk, dan inayah dariNya, agar kita semua dilepaskan dari berbagai kesulitan dan dimudahkan untuk menempuh jalan menuju perbaikan sesuai yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dan RasulNya. .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
D. NGERINYA NERAKA – Khutbah Jum’at
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah!
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita, sebab takwa itulah yang menjadi bukti bahwa kita benar-benar beriman.
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati me-lainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102).
Takwa adalah jaminan kebahagiaan bagi hidup kita di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan RasulNya, maka sesungguh-nya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71).
Untuk itu, marilah kita perkokoh ketakwaan kita sehingga Allah berkenan memenuhi janjiNya untuk kita, yaitu kebahagiaan di akhirat dan dijauhkan dari siksaan neraka.
Hadirin Rahimakumullah!
Sesungguhnya rasa takut kita kepada siksa neraka adalah hidayah agung dari Allah yang diberikan kepada kita yang patut disyukuri, demi kewaspadaan dan kehati-hatian kita di dalam menempuh jalan hidup yang lurus dan benar.
Mari kita mencoba mengetahui beberapa poin penting yang berkaitan dengan neraka, agar keimanan kita bertambah dan selalu berusaha meninggalkan maksiat-maksiat yang dapat menjerumus-kan kita ke salah satu jurangnya yang sangat dalam. Sebab, kejahilan kita terhadap hakikat neraka akan membuat kita menyepelekan faktor-faktor berbahaya yang dapat membuat kita menjadi salah satu dari penghuni tempat sadis tersebut. (Na’udzubillah min dzalik)
Yang pertama, neraka adalah sebuah tempat (yang sangat luas yang diciptakan oleh Allah) untuk menyiksa hamba-hamba-Nya (yang bermaksiat, membangkang maupun kafir kepadaNya), dan neraka itu terus merasa kurang untuk diisi, sampai Allah Ta’ala meletakkan (tapak) kakiNya, kemudian neraka berkata, “Cukup, cukup!” (Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Yang kedua, neraka mempunyai tujuh pintu, setiap pintu itu akan dimasuki oleh golongan-golongan pembangkang dan pelaku maksiat tertentu.
Allah Ta’ala berfirman,
لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِّكُلِّ بَابٍ مِّنْهُمْ جُزْءٌ مَّقْسُومٌ
“Jahanam itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (Al-Hijr: 44).
Yang ketiga, panasnya neraka. Panasnya tak terhingga, karena dihidupkan selama seribu tahun sehingga warnanya menjadi putih, kemudian dihidupkan selama seribu tahun lagi sehingga warnanya berubah menjadi merah, dan dihidupkan kembali selama seribu tahun lagi sehingga menjadi hitam. Mari kita bayangkan, alangkah panasnya neraka, sehingga warnanya pun bisa menjadi hitam kelam. Tak ada satu pun makhluk yang ada di atas bumi ini yang sanggup menahan panas yang begitu dahsyat ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,
نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِيْنَ جُزْءًا مِنْ نَاِر جَهَنَّمَ.
“Neraka kalian adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari Neraka Jahanam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Panas api saat ini, membuat baja yang begitu keras dan kokoh bisa menjadi meleleh. Lalu bagaimana dengan tubuh-tubuh kita yang begitu lembek, ditambah dengan kadar panas yang melebihi dari panas dunia seukuran tujuh kali lipat?
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah
Poin yang keempat adalah, kobaran api neraka yang menyala-nyala. Api
neraka berkobar sangat dahsyat, dan menyambar semua penghuninya tanpa belas kasihan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهَا تَرْمِي بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِ. كَأَنَّهُ جِمَالَتٌ صُفْرٌ
“Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seolah-olah ia iringan unta yang kuning.” (Al-Mursalat: 32, 33).
Di samping itu, api neraka juga bisa marah dan menggeram-geram ketika melihat rombongan calon penghuninya yang digiring untuk memasuki tempat tinggal mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا رَأَتْهُم مِّن مَّكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظاً وَزَفِيراً
“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.”(Al-Furqan: 12).
Yang kelima, bahan bakar neraka terdiri dari manusia dan bebatuan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman di dalam surat Al-Baqarah,
فَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 24).
Yang keenam, sebagaimana neraka merupakan jurang dan lembah, maka dia mempunyai kedalaman. Jarak kedalamannya sejauh kita melempar batu dari pinggir neraka ke dalam jurang neraka selama tujuh puluh tahun. Satu keterangan dari sahabat Abu Hurairah menjelaskan,
كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِيُّ : أَتَدْرُونَ مَا هَذَا؟ قَالَ: قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: هَذَا حَجَرٌرُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا.
“Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba beliau mendengar suara dentuman, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah kalian tahu suara apa ini?’ Kami menjawab, ‘Hanya Allah dan RasulNya yang paling tahu!’ Beliau menjelaskan, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka, sejak tujuh puluh tahun yang lalu, kemudian ia melayang di dalam neraka, sekarang ini ia sampai pada dasarnya’.” (HR. Muslim, 7096).
Yang ketujuh, penjaga neraka.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).
Hadirin jama’ah Shalat Jum’ah rahimakumullah!
Yang kedelapan, badan penghuni neraka.
Untuk merasakan siksaan abadi yang dahsyat di neraka itu, maka tubuh para penghuni neraka dibesarkan, dan setiap kali kulit-kulit mereka telah menjadi hangus dan gosong, maka dia akan di-ganti dengan kulit yang lainnya, agar siksaan itu benar-benar terasa oleh mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ضِرْسُ الْكَافِرِ أَوْ نَابُ الْكَافِرِ مِثْلُ أُحُدٍ وَغِلَظُ جِلْدِهِ مَسِيْرَةُ ثَلاَثٍ.
“Gigi geraham orang kafir atau gigi taring orang kafir (di Hari Kiamat, di neraka) adalah sebesar gunung Uhud dan tebal kulitnya sejauh perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa`: 56).
Yang kesembilan, makanan penduduk neraka adalah berupa Zaqqum, yaitu buah dari sebatang pohon yang keluar dari dasar Neraka Jahim, jika penduduk neraka memakan buah itu maka perut-perut mereka akan mendidih, dikarenakan panasnya buah Zaqqum tersebut. Dengan demikian tidak akan penduduk neraka yang mendapatkan rasa kenyang, bahkan mereka akan lebih merasa lapar dan haus.
Dan Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ. طَعَامُ الْأَثِيمِ. كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ. كَغَلْيِ الْحَمِيمِ
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” (Ad-Dukhan: 43-46).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِّلظَّالِمِينَ. إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ. طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ. فَإِنَّهُمْ لَآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِؤُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ. ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْباً مِّنْ حَمِيمٍ
“Sesungguhnya ia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar Neraka Jahim. Mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas.” (Ash-Shaffat: 63–67).
Hadirin Jama’ah Rahimakumullah!
Yang kesepuluh, minuman penduduk neraka adalah minuman yang tidak membuat rasa dahaga terobati, tidak mendapat kesejukan dan kesegaran. Minuman mereka adalah nanah yang sangat panas, yang akan membuat perut orang yang meminumnya menjadi terburai.
Allah Ta’ala berfirman,
لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْداً وَلَا شَرَاباً . إِلَّا حَمِيماً وَغَسَّاقاً. جَزَاء وِفَاقاً
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, kecuali air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal.” (An-Naba`: 24–26).
Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya,
“Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas”. (Ash-Shaffat: 67).
Serta Allah Ta’ala juga berfirman,
مِّن وَرَآئِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَى مِن مَّاء صَدِيدٍ. يَتَجَرَّعُهُ وَلاَ يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِن وَرَآئِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ
“Di hadapannya ada Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat.” (Ibrahim: 16–17).
Minuman itu betapa menyakitkan, menambah derita, dan menghancurkan tubuh mereka.
Siksaan bagi penduduk neraka sangatlah bervariasi, tetapi semua siksaan itu tidak ada yang ringan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa siksaan yang paling ringan adalah, apabila bara api neraka diletakkan di bagian lekuk telapak kaki seseorang maka otaknya akan mendidih. Sabda Rasulullah,
إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوْضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَةٌ يَغْلِي مِنْهَا دِمَاغُهُ.
“Sesungguhnya azab yang paling ringan yang menimpa penduduk neraka pada Hari Kiamat adalah apabila bara api diletakkan di lekuk kedua telapak kaki seseorang, maka otaknya akan mendidih.” (HR. al-Bukhari).
Mereka akan memakan bara api sepenuh perut mereka, diakibatkan tindakan mereka di dunia memakan harta anak yatim dengan cara yang zhalim, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْماً إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَاراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (An-Nisa`: 10).
Muka-muka dan punggung-punggung mereka dipukuli oleh para malaikat, tanpa mengenal rasa belas kasihan,
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُواْ الْمَلآئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), ‘Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar, (tentulah kamu akan merasa ngeri)’.” ( Al-Anfal: 50).
Ada juga di antara mereka yang disiksa dengan disetrika lam-bung dan punggung mereka dengan emas serta perak yang tidak mereka zakatkan ketika mereka berada di dunia.
Di antara mereka pun ada yang disiksa dengan dicambuk tanpa henti dengan besi-besi panas, setiap kali mereka akan keluar, mereka digiring kembali untuk merasakan cambuk-cambuk besi ter-sebut.
Ada juga yang dibelitkan rantai api Neraka Jahanam ke leher-leher mereka dan tangan-tangan mereka, serta rantai terebut dibe-lenggukan di kaki-kaki mereka. Siksaan itu tiada berkesudahan, bersambung, dan bersambung sepanjang hari.
Hadirin Rahimakumullah!
Itulah kedahsyatan neraka dan siksaan neraka, tidak ada seorang makhluk pun yang mampu menanggung beban pedih dan sakit dari siksaan itu, maka marilah kita senantiasa memohon per-lindungan kepada Allah agar dijauhkan dari siksaanNya. .
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Di dalam khutbah yang kedua ini, setelah kita memohon perlindungan dari siksa neraka, marilah kita senantiasa memohon taufik kepada Allah agar diri kita, segenap anggota keluarga kita, masyarakat kita, dan seluruh umat Islam, terutama para pemimpin bangsanya, semuanya mendapatkan hidayah dan ma’unah untuk melaksanakan ibadah dengan benar, beramal shalih dengan tulus ikhlas, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan yang menyebab-kan kita terjerumus ke dalam neraka.
Marilah kita bertaubat, marilah kita bersihkan hati dan jiwa kita dari:
- 1. Kekufuran, kemunafikan, kesyirikan, riya, sihir, dan seba-gainya.
- 2. Kesombongan, keangkuhan, ujub, egois, mementingkan diri sendiri, (bakhil, kikir).
- 3. Hasad, iri, dengki, putus asa, marah, dan dendam.
1. Dusta, bohong, adu domba, ghibah, gosip, berbicara tanpa ada manfaat atau berlebihan, mengejek, menghina, mengumpat, durhaka, bicara jorok, menuduh, bersumpah palsu, dan khianat.
2. Bergurau, banyak tertawa, banyak lelucon, sehingga kurang sekali berdzikir.
2. Bergurau, banyak tertawa, banyak lelucon, sehingga kurang sekali berdzikir.
Marilah kita jaga tangan dan seluruh anggota tubuh kita dari perbuatan zhalim, kita jauhkan dari perbuatan yang merusak diri sendiri dan orang lain, seperti memakan riba, mencuri, korupsi, membunuh, berjudi, mabuk-mabukan, berbuat zhalim, tidak ber-sifat adil, suap-menyuap, berzina, bermusuhan, boros, berfoya-foya, tidak mempedulikan fakir miskin dan anak yatim.
Marilah kita menjauhkan diri dari cara-cara mencari nafkah yang batil atau yang haram, kita jauhi riba, dan segala bentuk jual beli yang batil, menipu, curang, dan sebagainya, sehingga kita hanya mencari dan mendapatkan nafkah, rizki yang halalan thayyibah, mu-barakah, yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal beramal shalih sebanyak-banyaknya di dunia, dan di akhirat, kita dijauhkan dari Api Neraka. Amin Allahumma Amin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
E. Kenikmatan yang Tiada Tara – Khutbah Jum’at
khutbah pertama
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Khutbah yang kedua
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sungguh manusia tergantung pada hatinya, sebab ia memberi komando kepada semua anggota tubuh, mulai akal pikiran sampai kepada panca indera. Sehingga apabila hatinya baik maka baik pula anggota badan yang lainnya, tetapi apabila jahat maka binasalah semua anggota yang lainnya.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Ketahuilah bahwa hati manusia dibagi tiga macam:
Pertama: hati yang sehat/shahih, yaitu hati yang bersih dan terlepas dari selubung syahwat dan kegelapan syubhat. Pemilik hati ini adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Ta’aala. Ia senantiasa melakukan amal shalih dengan ikhlas dan mematuhi aturan Allah dan Rasulnya.
FirmanNya:
“(Yaitu) di hari harta dan anak laki-laki tiada berguna, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’araa: 88-89)
Kedua: Hati yang mati, yaitu lawan dari hati yang sehat. Pemilik hati ini adalah orang-orang kafir. Mereka tidak mengimani Allah, tidak mengakui bahwa hanya kepada Allah Ta’ala ibadahnya ditujukan, serta tidak mempercayai nama-nama dan sifat Allah Ta’ala. Setiap tindakannya hanya menuruti hawa nafsu semata. Hawa adalah pemimpin dan syahwat adalah prinsip. Mereka jauh dari ketaatan kepada Allah Ta’ala. Sungguh merupakan tempat yang nyaman bagi syetan untuk mengajak kepada kebinasaan.
Ketiga, Hati yang sakit, Yaitu hati yang berada di antara hati yang sehat dan mati. Pemiliknya adalah orang-orang munafik. Ia mengaku beriman, beramal shalih, bertawakkal, namun lebih menyukai riya’,ujub, sombong, bila berjanji tidak ditepati, bila berkata tidak bisa dipegang. Allah Ta’ala berfirman:
“Di hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakit-nya. Bagi mereka adzab yang pedih disebabkan kedustaannya”. (QS. Al-Baqarah: 10).
Salah satu syarat untuk meraih badan yang sehat adalah menjauhkan diri dari makanan yang dapat menyebabkan sakit. Begitu pula dengan hati, bila ingin hati yang sehat maka jauhkanlah hati dari faktor-faktor yang merusaknya. Antara lain fitnah syahwat dan syubhat. Fitnah syahwat dapat berasal dari wanita, anak,dan kekayaan harta. Allah Ta’ala berfirman:
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali Imran:14)
Sidang Jum’at rahimakumullah.
Sungguh fitnah wanita sangat berbahaya dan dahsyat. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Fitnah dari wanita sangat banyak sekali ragamnya, antara lain dalam hal pakaian. Tak dapat dipungkiri bahwa jika seorang wanita keluar dari rumahnya tanpa menjaga auratnya, maka syetan akan menjadikan ia menarik pandangan mata lelaki. Tidak hanya satu laki-laki yang tergoda tetapi puluhan, ratusan dan bahkan lebih. Hal itulah yang menyebabkan jatuhnya akhlak kaum lelaki, sehingga sangat jorok. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Dua manusia dari ahli Neraka yang belum ku lihat di zamanku, yaitu kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi. Mereka memukul manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok kepala mereka seperti punuk unta yang condong., mereka tidak akan masuk Surga. Dan sesungguhnya bau Surga bisa tercium dari jarak yang sangat jauh” (HR.Muslim)
Wanita mempunyai sifat yang kurang mulia, antara lain: mudah mengeluh, suka menuntut, suka membicarakan orang lain(ghibah), kurang pandai berterimah kasih kepada suami. Seorang istri yang kurang puas terhadap kondisi ekonomi dan sosial yang telah diusahakan suaminya, sering kali tidak sabar dan mendesak suaminya untuk berbuat kolusi, korupsi, berkhianat, dan tindakan maksiat lainnya. Memang tidak semua wanita seperti itu, hanya wanita yang shalihahlah yang tidak melakukan seperti itu. Merekalah perhiasan dunia yang terbaik, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Maka bagi kita, haruslah berhati-hati dengan fitnah wanita dan wajib untuk mendidik istri, anak dan saudari-saudari kita agar menutup auratnya dan menjaga kehormatannya, sehingga dapat menjadi wanita yang shalihah.
Anak dapat membutakan orang tua dari kebenaran. Demi anak orang tua rela mengorbankan keimanannya,kejujurannya. Bahkan kadang kala mampu menjerat orang tua untuk bermalas-malasan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, bakhil dalam berinfaq, bershadaqah, maupun zakat. Kepentingan sang anak dijadikan alasan atas kebakhilannya, kemalasan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah berfirman:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah bagimu. Dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” (QS. At-Thaghabun: 15)
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Sidang Jum’at rahimakumullah.
Ketahuilah bahwa fitnah harta merupakan awal kebobrokan akhlaq manusia. Korban dari fitnah ini senantiasa haus dan lapar untuk menimbun harta. Ia membanting tulang siang malam untuk harta, tidak ada waktu untuk yang lain. Bahkan ia rela melepas kejujurannya, dan keimanannya untuk digadaikan demi harta. Kekayaan dan harta membuat ia lupa kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Sidang Jum’at rahimakumullah.
Selain fitnah syahwat, ada fitnah yang lain yang tak kalah berbahayanya, yaitu fitnah syubhat. Apakah fitnah syubhat itu?Yaitu fitnah atau ujian yang ditimbulkan dari sesuatu yang status halal haramnya. Hal ini sering menimpa orang-orang yang telah belajar dan menerima ilmu, tetapi tidak memahaminya dan tidak amanah . Dengan ilmunya yang minim, ia merasa telah mengetahui dien Islam, lalu memahaminya dengan seenaknya . Ia tidak tahu dimana kebenaran yang haq itu berada?.
Pendapatnya salah tetapi ia tidak tahu letak kesalahannya dan tidak mau menerima pendapat yang benar dari pihak lain. Yang halal dikatakan haram, yang sunnah dikatakan bid’ah. Ia menjadi fitnah bagi orang lain. Akibat dari fitnah syubhat adalah taqlid buta atau mengikuti pendapat orang lain tanpa ilmu. Taklid yang tidak diperbolehkan apabila mengikuti adat istiadat atau ajaran nenek moyang yang bertentangan dengan ketentuan dari Allah Ta’ala, mengikuti pendapat orang lain yang tidak mengetahui proporsionalitasnya (kebenarannya). Tetapi diperbolehkan mengikuti pendapat orang yang diketahui telah berusaha keras dan konsekwen dalam ketaatannya kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Hanya ketentuan Allah dan RasulNya yang layak dijadikan dalil dan hujah serta harus diikuti. Sungguh tidak ada pendapat manusia yang layak untuk didikuti kecuali pendapat Rasulullah. Malik bin Anas berkata :
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Saya mengajak para jama’ah dan diri saya sendiri untuk bertaqwa dan memerangi syetan yang senantiasa menggoda manusia dengan tipuan-tipuannya. Senjata yang bisa kita gunakan yaitu pertama: Keyakinan yang shahih berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah n. Inilah yang menghancurkan syubhat dan khayalan-khayalan kosong. Kedua; Kesabaran, dengan inilah kita dapat memberangus syahwat dan hawa nafsu. Allah berfirman:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pimpinan yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As-Sajdah: 24)
Demikian khotbah Jum’at ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah lindungilah kami dari segala macam bahaya, dan kesukaran, serta berilah kemudahan untuk mengatasi-nya.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.
Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung-jawabnya.
Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kabaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
[Khutbah Kedua]
Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kita memuji, bersyukur dan memohon pertolongan hanya kepadaNya semata. Allah-lah pencipta, pemelihara dan pengatur sekalian makhluk. Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan keta’atan kita kepada Allah yang Maha Karim.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Dengan terus bertaqwa, dengan senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-laranganNya berdasarkan petunjuk yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui pemahaman para sahabat beliau berarti kita telah menempuh jalan menuju kemuliaan dan kenikmatan yang tiada tara. Karena Allah akan meridhai hambaNya yang bertaqwa. Menempuh jalan dalam rangka meraih ridha Allah subhanahu wata’ala berarti berjalan di atas rel kenikmatan yang tiada bandingannya. Sebab ridha Allah adalah sesuatu yang amat besar dan keuntungan yang tak ternilai harganya. Sebaimana firman Allah,
وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah: 72)
Orang-orang mukmin yang telah meniti jalan untuk meraih nikmat yang agung
dan keberuntungan yang tiada tara tersebut berarti menempuh jalan kemuliaan yang akan menghantarkannya mencapai kasih sayang Allah. orang yang telah diridhai oleh Allah, pastilah akan merasakan kenikmatan hidup di dunia yang fana ini dan di akhirat yang kekal abadi.
Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Rahman dan Rahim akan memberikan kenikmatan yang tiada tara kepada orang-orang yang setia mengikuti jalan orang-orang trdahulu, yaitu Rasulullah dan para shahabatnya yang mendapat ridha dan petunjuk dari Allah, sebab jalan yang ditempuh adalah jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak mendapatkan murka dari Allah subnahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Rahman dan Rahim akan memberikan kenikmatan yang tiada tara kepada orang-orang yang setia mengikuti jalan orang-orang trdahulu, yaitu Rasulullah dan para shahabatnya yang mendapat ridha dan petunjuk dari Allah, sebab jalan yang ditempuh adalah jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak mendapatkan murka dari Allah subnahu wata’ala.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Orang-orang yang sabar dan istiqamah di atas al-Haq, akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, makanan yang lezat, minuman yang segar, pakaian yang indah dan halus, dan akan diberi kerajaan yang megah penuh dengan berbagai perhiasan yang elok, wajah mereka berseri-seri dan merasa puas atas usaha yang dia lakukan selama di dunia.
Dan juga orang yang bertaqwa akan diberi keberuntungan yang berupa surga yang amat mengasyikkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Dan juga orang yang bertaqwa akan diberi keberuntungan yang berupa surga yang amat mengasyikkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً. حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً. وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً. وَكَأْساً دِهَاقاً
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya. Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).” (QS. 78: 31-34)
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Itulah kenikmatan yang diraih oleh orang-orang yang taat kepada Rabbnya, bernaung di bawah ridha serta kasih sayang Allah. mereka juga akan mendapatkan puncak kenikmatan yang telah lama diidam-idamkan oleh orang-orang yang beriman, yaitu ketika mereka diizinkan melihat pemandangan yang menakjubkan dan mendebarkan hati setiap yang memandangnya, yaitu saat melihat wajah Allah yang Maha Rahman dan Rahim. Wajah orang-orang yang diizinkan oleh Allah saat itu senantiasa berseri-seri. Allah berfirman,
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyamah: 22-23)
Memandang Allah yang Maha Indah di surga bukanlah hal yang mustahil, dan
ini hanya akan dialami oelh orang-orang yang beriman dan selau taat kepada aturan-aturan Allah yang disampaikan melalui RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah orang-orang yang diizinkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk melihatNya, mereka telah menghabiskan seluruh hidup mereka untuk mencari ridhaNya semata, bukan ridha manusia yang jauh dari al-haq yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Kenikmatan yang dicapai oleh hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala yang shalih dan shalihah tidak bisa dibayangkan lezatnya, belum pernah dilihat oeh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits qudsi yang shahih,
Kenikmatan yang dicapai oleh hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala yang shalih dan shalihah tidak bisa dibayangkan lezatnya, belum pernah dilihat oeh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits qudsi yang shahih,
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ اللهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلىَ قَلْبِ بَشَرٍ. (رواه البخاري)
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.” “Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang shalih, sesuatu yang tidak pernah terlihat mata dan tidak terdengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia.” (HR. al-Bukhari).
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (السجدة: 17)
“Tiada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka (bermacam-macamnikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. as-Sajdah: 17)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya “Taisir Karimir Rahman” ketika menjelaskan ayat yang artinya, “Kepada RabbNya mereka melihat.” (al-Qiyamah: 23), beliau berkata, “Bahwa melihat ar-Rabb (Allah) disesuaikan dengan tingkatannya. Diantara mereka ada yang melihat RabbNya setiap hari (pagi dan petang) dan diantara mereka ada yang melihata RabbNya setiap jum’at satu kali. Mereka bersenang-senangmelihat wajah Yang Maha Karim dan keindahannya yang tiada melebihinya, tiada sesuatupun yang serupa denganNya. jika memandangNya, maka akan merasakan kenikmatan yang sangat lezat, yang tidak mungkin dapat digambarkan. Maka kita memohon kepada Allah yang Maha Karim agar dijadikan golongan orang-orang yang mendapat kenikmatan yang tiada tara ini.”
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Syaikh Abdul Hasan al-Asy’ari di dalam bukunya “Al-Ibanah ‘An Ushulid-Dinayah.” Bab III menerangakan, “Bahwa melihat Allah subhanahu wata’ala di akhirat ialah betut-betul melihat dengan mata kepala, bukan melihat dengan mata hati seperti yang digambarkan oleh orang-orang Ahlul kalam (mu’tazilah). Penglihatan di dalam ayat ini dihubungkan dengan wajah, (sehingga artinya melihat secara hakiki), tidak mungkin diartikan melihat dengan mata hati.”
Bahkan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam sabdanya, bahwa melihat Allah di akhirat bagi orang-orang yang mukmin dan muttaqin seperti melihat bulan purnama di malam hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Bahkan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam sabdanya, bahwa melihat Allah di akhirat bagi orang-orang yang mukmin dan muttaqin seperti melihat bulan purnama di malam hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ.
“Sesungguhnya kamu akan melilhat Rabbmu seperti kamu melihat bulan purnama ini, kamu tidak berdesak-desakkan di dalam melihatNya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Hanya akan menjadi lamunan belaka, jika kita berkehendak namun enggan untuk bertindak, cita-cita akan diperkenankan oleh Allah (insya Allah) bila kita segera melangkahkan kaki, meniti jejak generasi terbaik umat ini, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Orang-orang yang mengharapkan kenikmatan tersebut, harus berupaya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Orang-orang yang mengharapkan kenikmatan tersebut, harus berupaya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْراً لِّأَنفُسِكُمْ (التغابن: 16)
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.” (At-Taghabun: 16)
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala mempertegas bahwa orang-orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia beramal shalih dan tidak melakukan syirik sedikitpun dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala,
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً (الكهف: 110)
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Itulah syarat yang mutlak yang harus dipenuhi bila ingin berjumpa dengan
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim, ia harus taat kepada Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, beramal shalih yakni yang sesuai dengan tuntunan dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada Allah subhanahu wata’ala.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Inilah yang dapat ana sampaikan pada khutbah pertama ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وبعد,
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وبعد,
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Kesimpulan yang khutbah yang pertama tadi bahwa orang-orang mukmin, yang senantiasa mentaati aturan-aturan Allah subhanahu wata’ala, sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’atNya akan diberikan balasan oleh Allah subhanahu wata’ala, yaitu berupa berbagai macam kenikmatan di dalam surga. Dan hal itu merupakan suatu keberuntungan yang sangat besar. Keridhaan Allah subhanahu wata’ala akan diberikan kepada hambaNya yang mukmin dan selalu taat kepadaNya. Dan keridhaan Allah itu juga merupakan keberuntungan yang tiada taranya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Kenikmatan yang paling agung diberikan kepada orang-orang mukmi n di dalam surga adalah melihat wajah Allah di akhirat, sebuah puncak kenikmatan yang tiada menandinginya. Dan syarat bagi orang yang berharap menjumpai Allah di akhirat, dengan mendapatkan keridhaan Nya ialah:
1. Beramal shalih, yaitu amalan yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
2. Tidak berbuat syirik sedikitpun kepada Allah dalam beribadah. Syirik kepada Allah akan menghapuskan seluruh amalan dan pelakunya akan merugi di dunia dan akhirat. Allah berfirman,
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(الزمر: 65)
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
F. Pergolakan Hati Manusia di Tengah Fitnah Syubhat dan Syahwat – Khutbah Jum’at
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Sidang Jum’at rahimakumullah
Ingatlah, wahai kaum muslimin, sungguh kemaksiatan selalu membayangi kita, kapan dan di mana saja kita berada. Kemaksiatan adalah senjata syetan yang tersohor. Dia membisikkan bujuk rayu dan tipuan kepada hati agar melakukan dosa .
Bagaimana hati manusia dapat terkena bujuk rayu syetan? jawabannya, karena manusia tidak taat kepada Allah Ta’aala. Sungguh, amal pekerjaan manusia tidak akan sempurna tanpa bekal ketaqwaan. Dan tidaklah benar ketaqwaan tanpa dasar ilmu. Perumpamaannya adalah seperti buah yang baik, aromanya enak dan rasanya lezat. Aromanya adalah ilmu dan nasehat, sedangkan rasanya adalah amal perbuatan.
Sungguh manusia tergantung pada hatinya, sebab ia memberi komando kepada semua anggota tubuh, mulai akal pikiran sampai kepada panca indera. Sehingga apabila hatinya baik maka baik pula anggota badan yang lainnya, tetapi apabila jahat maka binasalah semua anggota yang lainnya.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ. (رواه البخاري ومسلم).
“Ingatlah dalam badan ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah semua badannya, jika ia rusak, maka rusaklah semua badannya. Ingatlah dia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ketahuilah bahwa hati manusia dibagi tiga macam:
Pertama: hati yang sehat/shahih, yaitu hati yang bersih dan terlepas dari selubung syahwat dan kegelapan syubhat. Pemilik hati ini adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Ta’aala. Ia senantiasa melakukan amal shalih dengan ikhlas dan mematuhi aturan Allah dan Rasulnya.
FirmanNya:
“(Yaitu) di hari harta dan anak laki-laki tiada berguna, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’araa: 88-89)
Kedua: Hati yang mati, yaitu lawan dari hati yang sehat. Pemilik hati ini adalah orang-orang kafir. Mereka tidak mengimani Allah, tidak mengakui bahwa hanya kepada Allah Ta’ala ibadahnya ditujukan, serta tidak mempercayai nama-nama dan sifat Allah Ta’ala. Setiap tindakannya hanya menuruti hawa nafsu semata. Hawa adalah pemimpin dan syahwat adalah prinsip. Mereka jauh dari ketaatan kepada Allah Ta’ala. Sungguh merupakan tempat yang nyaman bagi syetan untuk mengajak kepada kebinasaan.
Ketiga, Hati yang sakit, Yaitu hati yang berada di antara hati yang sehat dan mati. Pemiliknya adalah orang-orang munafik. Ia mengaku beriman, beramal shalih, bertawakkal, namun lebih menyukai riya’,ujub, sombong, bila berjanji tidak ditepati, bila berkata tidak bisa dipegang. Allah Ta’ala berfirman:
“Di hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakit-nya. Bagi mereka adzab yang pedih disebabkan kedustaannya”. (QS. Al-Baqarah: 10).
Salah satu syarat untuk meraih badan yang sehat adalah menjauhkan diri dari makanan yang dapat menyebabkan sakit. Begitu pula dengan hati, bila ingin hati yang sehat maka jauhkanlah hati dari faktor-faktor yang merusaknya. Antara lain fitnah syahwat dan syubhat. Fitnah syahwat dapat berasal dari wanita, anak,dan kekayaan harta. Allah Ta’ala berfirman:
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali Imran:14)
Sidang Jum’at rahimakumullah.
Sungguh fitnah wanita sangat berbahaya dan dahsyat. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ. (متفق عليه).
“Tidak kutinggalkan sesudah matiku suatu fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari fitnah wanita.” (Muttafaq alaih)
Fitnah dari wanita sangat banyak sekali ragamnya, antara lain dalam hal pakaian. Tak dapat dipungkiri bahwa jika seorang wanita keluar dari rumahnya tanpa menjaga auratnya, maka syetan akan menjadikan ia menarik pandangan mata lelaki. Tidak hanya satu laki-laki yang tergoda tetapi puluhan, ratusan dan bahkan lebih. Hal itulah yang menyebabkan jatuhnya akhlak kaum lelaki, sehingga sangat jorok. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا. (رواه مسلم).
“Dua manusia dari ahli Neraka yang belum ku lihat di zamanku, yaitu kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi. Mereka memukul manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok kepala mereka seperti punuk unta yang condong., mereka tidak akan masuk Surga. Dan sesungguhnya bau Surga bisa tercium dari jarak yang sangat jauh” (HR.Muslim)
Wanita mempunyai sifat yang kurang mulia, antara lain: mudah mengeluh, suka menuntut, suka membicarakan orang lain(ghibah), kurang pandai berterimah kasih kepada suami. Seorang istri yang kurang puas terhadap kondisi ekonomi dan sosial yang telah diusahakan suaminya, sering kali tidak sabar dan mendesak suaminya untuk berbuat kolusi, korupsi, berkhianat, dan tindakan maksiat lainnya. Memang tidak semua wanita seperti itu, hanya wanita yang shalihahlah yang tidak melakukan seperti itu. Merekalah perhiasan dunia yang terbaik, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
اَلدُّنْياَ مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ. (رواه مسلم).
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Maka bagi kita, haruslah berhati-hati dengan fitnah wanita dan wajib untuk mendidik istri, anak dan saudari-saudari kita agar menutup auratnya dan menjaga kehormatannya, sehingga dapat menjadi wanita yang shalihah.
Anak dapat membutakan orang tua dari kebenaran. Demi anak orang tua rela mengorbankan keimanannya,kejujurannya. Bahkan kadang kala mampu menjerat orang tua untuk bermalas-malasan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, bakhil dalam berinfaq, bershadaqah, maupun zakat. Kepentingan sang anak dijadikan alasan atas kebakhilannya, kemalasan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah berfirman:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah bagimu. Dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” (QS. At-Thaghabun: 15)
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
اَلْوَلَدُ مَحْزَنَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مُبْخَلَةٌ.
“Anak itu (dapat mendatangkan) kesedihan, rasa takut, kebodohan dan kebakhilan.” (HR. Ath-Tabrani, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)
Maka wajiblah bagi orang tua untuk bersabar dan istiqomah dalam menjaga anak sebagai amanat dari Allah Ta’aala.Sidang Jum’at rahimakumullah.
Ketahuilah bahwa fitnah harta merupakan awal kebobrokan akhlaq manusia. Korban dari fitnah ini senantiasa haus dan lapar untuk menimbun harta. Ia membanting tulang siang malam untuk harta, tidak ada waktu untuk yang lain. Bahkan ia rela melepas kejujurannya, dan keimanannya untuk digadaikan demi harta. Kekayaan dan harta membuat ia lupa kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ. (حديث حسن رواه الترمذي).
“Tiap umat mempunyai cobaan dan ujian sendiri-sendiri dan fitnah cobaan umatku adalah kekayaan harta.” (HR. Tirmidzi, sanadnya hasan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Sidang Jum’at rahimakumullah.
Selain fitnah syahwat, ada fitnah yang lain yang tak kalah berbahayanya, yaitu fitnah syubhat. Apakah fitnah syubhat itu?Yaitu fitnah atau ujian yang ditimbulkan dari sesuatu yang status halal haramnya. Hal ini sering menimpa orang-orang yang telah belajar dan menerima ilmu, tetapi tidak memahaminya dan tidak amanah . Dengan ilmunya yang minim, ia merasa telah mengetahui dien Islam, lalu memahaminya dengan seenaknya . Ia tidak tahu dimana kebenaran yang haq itu berada?.
Pendapatnya salah tetapi ia tidak tahu letak kesalahannya dan tidak mau menerima pendapat yang benar dari pihak lain. Yang halal dikatakan haram, yang sunnah dikatakan bid’ah. Ia menjadi fitnah bagi orang lain. Akibat dari fitnah syubhat adalah taqlid buta atau mengikuti pendapat orang lain tanpa ilmu. Taklid yang tidak diperbolehkan apabila mengikuti adat istiadat atau ajaran nenek moyang yang bertentangan dengan ketentuan dari Allah Ta’ala, mengikuti pendapat orang lain yang tidak mengetahui proporsionalitasnya (kebenarannya). Tetapi diperbolehkan mengikuti pendapat orang yang diketahui telah berusaha keras dan konsekwen dalam ketaatannya kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Hanya ketentuan Allah dan RasulNya yang layak dijadikan dalil dan hujah serta harus diikuti. Sungguh tidak ada pendapat manusia yang layak untuk didikuti kecuali pendapat Rasulullah. Malik bin Anas berkata :
لَيْسَ أَحَدٌ بَعْدَ النَّبِيِّ إِلاَّ يُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ النَّبِيَّ .
“Tidaklah seorangpun sepeninggal Nabi n yang patut diikuti perkataannya dan ditinggalkan, kecuali perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ” (harus diikuti semuanya).
Maka marilah kita menimba ilmu dengan bersungguh-sungguh dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pemahaman para salafus shalih untuk selamat dari bahaya fitnah Syubhat.فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ، أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Saya mengajak para jama’ah dan diri saya sendiri untuk bertaqwa dan memerangi syetan yang senantiasa menggoda manusia dengan tipuan-tipuannya. Senjata yang bisa kita gunakan yaitu pertama: Keyakinan yang shahih berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah n. Inilah yang menghancurkan syubhat dan khayalan-khayalan kosong. Kedua; Kesabaran, dengan inilah kita dapat memberangus syahwat dan hawa nafsu. Allah berfirman:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pimpinan yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As-Sajdah: 24)
Demikian khotbah Jum’at ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah lindungilah kami dari segala macam bahaya, dan kesukaran, serta berilah kemudahan untuk mengatasi-nya.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
G. Mengapa Pendidikan itu Penting? – Khutbah Jum’at-
khutbah pertamaإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Kami mengajak kepada semua jama’ah, marilah kita swmua meningkatkan tekwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Ta’ala, artinya,
Firman Allah Ta’ala, artinya,
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yan dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam. Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي اْلمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Sunan Abi Dawud. No. 466).
Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab dengan kaum Muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah (pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat. Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.
Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung-jawabnya.
ُكلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah, Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أََوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata a’yun (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar, dan bershadaqah untuk orang tua mereka.
Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,
فَاتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu.” (HR. Imam al-Bukhari).
Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau memberikan sesuatu yang sama?” Dia menjawab, “Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka lakukanlah!”
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati tentang tarbiyah anak, justru melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan-Nya. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana firman ta’ala, artinya,
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah subhanahu wata’ala. sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kapada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)
Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok kepribadian seorang anak.
Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kabaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
[Khutbah Kedua]
Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para Nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
“Ya Rabb kami jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).
Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali ‘Imran: 38).
Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqan: 74).
Demikianlah para Nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang shahih dan lurus.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين